CANTIKA.COM, Jakarta - Kehilangan orang tua adalah salah satu momen paling menyakitkan dalam hidup. Baru-baru ini, aktris sekaligus ibu empat anak, Mona Ratuliu, membagikan kisah pilunya saat ditinggal sang ayah tercinta, Albert Frederick Ratuliu, yang berpulang pada 1 Mei 2025. Melalui unggahan penuh emosi di media sosial, Mona menceritakan perjalanannya menghadapi duka yang mendalam.
Dalam unggahan Instagram-nya, Mona menggambarkan sang ayah sebagai cinta pertama dalam hidupnya. Ia membagikan beberapa potret kenangan manis masa kecil yang menggambarkan kedekatan emosional antara ayah dan anak. Dari cerita tersebut, kita bisa belajar bahwa proses berduka bukan hanya tentang kesedihan, tapi juga tentang merangkul kenangan dan menerima kenyataan.
Artikel Terkait:
Ayahanda Mona Ratuliu Meninggal: Momen Menakutkan dalam Hidup
Meski Mona tak secara eksplisit menyebut istilah 5 stages of grief, tetapi dari cerita yang ia bagikan, kita bisa melihat bahwa ia sedang melalui proses berduka yang juga dikenal sebagai lima tahap berduka atau yang dikenal sebagai 5 stages of grief menurut Elisabeth Kübler-Ross. Untuk kamu yang sedang menghadapi kehilangan, penting untuk memahami lima tahap ini agar bisa memberi ruang pada diri sendiri dalam menghadapi rasa sakit.
1. Penolakan (Denial)
Tahap pertama dari griefing stage biasanya adalah penolakan. Ini adalah respons alami tubuh dan pikiran untuk melindungi diri dari kenyataan yang menyakitkan. Dalam beberapa hari pertama setelah kehilangan, seseorang bisa merasa seolah-olah semuanya hanya mimpi buruk yang akan segera berlalu.
Mona sendiri mengaku masih merasa sulit menerima kenyataan bahwa ayahnya telah tiada. Rasa tidak percaya dan harapan bahwa semuanya akan membaik menjadi reaksi yang sangat wajar di tahap ini.
2. Kemarahan (Anger)
Setelah penolakan memudar, emosi yang muncul bisa berupa kemarahan. Ini bisa diarahkan pada diri sendiri, Tuhan, tenaga medis, atau bahkan pada situasi yang tidak bisa dikendalikan. Tahap ini adalah cara lain tubuh mengekspresikan rasa kehilangan yang mendalam.
Meskipun Mona tidak mengekspresikan kemarahan secara terbuka, banyak orang yang sedang berduka merasakan fase ini. Ini adalah bagian normal dari proses penyembuhan.
3. Tawar-menawar (Bargaining)
Di tahap ini, orang yang berduka seringkali tenggelam dalam pikiran “seandainya.” “Seandainya aku membawa dia ke dokter lebih cepat” atau “seandainya aku bisa bicara lebih banyak dengannya.” Mona sempat menceritakan bahwa ayahnya sulit diajak ke dokter, dan baru rutin periksa saat kondisi sudah menurun drastis. Momen ini sering memicu rasa bersalah, padahal kenyataannya, tidak semua hal bisa kita kendalikan.
4. Depresi (Depression)
Tahap ini adalah saat kesedihan benar-benar terasa. Bukan hanya soal kehilangan, tapi juga kekosongan yang ditinggalkan. Dalam unggahannya, Mona terlihat merenungi kenangan bersama sang ayah dengan penuh rasa rindu. Tahap ini membutuhkan waktu dan dukungan emosional dari orang-orang sekitar.
Bagi kamu yang sedang berada di tahap ini, penting untuk mencari support system yang bisa membantu. Entah itu sahabat, keluarga, atau tenaga profesional seperti psikolog.
5. Penerimaan (Acceptance)
Tahap terakhir dari griefing stage adalah penerimaan. Ini bukan berarti seseorang "bahagia" atas kehilangan, tapi lebih kepada menerima kenyataan bahwa orang yang dicintai telah tiada dan hidup harus terus berjalan. Dalam pesannya, Mona menunjukkan sikap ikhlas dan mendoakan sang ayah dengan tulus agar segala sakitnya menjadi penghapus dosa.
Penerimaan bukan sesuatu yang datang dengan mudah, tapi bisa dicapai dengan memberi waktu pada diri sendiri untuk merasakan seluruh proses berduka tanpa penyangkalan.
Di sisi lain, proses berduka (grief) tidak selalu mengikuti urutan yang linear. Meskipun model lima tahap berduka dari Elisabeth Kübler-Ross, penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan ini sering digunakan sebagai panduan, kenyataannya banyak orang mengalami tahapan ini secara tidak berurutan, bahkan bisa kembali ke tahap sebelumnya atau merasakan beberapa tahap secara bersamaan.
Seperti yang dijelaskan oleh Cruse Bereavement Support, tahapan-tahapan ini tidak selalu terjadi dalam urutan tertentu. Seseorang mungkin mengalami dua atau tiga tahap secara bersamaan, dan tidak semua orang akan mengalami setiap tahap tersebut.
Mona Ratuliu, dalam kisahnya tentang kehilangan sang ayah, menunjukkan bahwa proses berduka bisa sangat personal dan tidak selalu sesuai dengan teori. Ia membagikan kenangan manis bersama ayahnya dan mengungkapkan perasaan ikhlas serta harapan agar sakit yang dialami sang ayah dapat menghapus dosa-dosanya. Pengalaman Mona mencerminkan bahwa berduka adalah perjalanan yang unik bagi setiap individu.
Penting untuk memahami bahwa tidak ada cara yang "benar" atau "salah" dalam berduka. Setiap orang memiliki cara dan waktu sendiri untuk memproses kehilangan. Memberi ruang bagi diri sendiri untuk merasakan emosi dan mencari cara sehat untuk menyalurkannya adalah langkah penting dalam proses penyembuhan.
Jika kamu atau orang terdekat sedang mengalami masa berduka, penting untuk mencari dukungan, baik dari keluarga, teman, maupun profesional. Menerima bahwa proses ini bisa naik-turun dan tidak selalu linear dapat membantu dalam menghadapi perjalanan emosional ini dengan lebih bijak.
Pilihan Editor: Nirina Zubir Ungkap Alami Burnout, Ini Alarm Tubuh Saat Mental Butuh Istirahat
Artikel Terkait:
Keseruan Podcast MomSweetMoms: 5 Artis Berbagi Kisah untuk Para Ibu
INSTAGRAM | HEALTHLINE | GRIEF.COM | CRUSE BEREAVEMENT SUPPORT
Catatan Redaksi:
Kehilangan orang tua adalah pengalaman yang mendalam dan bisa memengaruhi kesehatan mental kita. Proses berduka (grief) tidak selalu berjalan secara linear; seseorang bisa mengalami "relapse" atau kembali ke tahap sebelumnya, seperti penolakan atau depresi, bahkan setelah merasa mulai pulih. Hal ini sangat wajar dan merupakan bagian dari proses penyembuhan yang unik bagi setiap individu.
Jika kamu atau orang terdekat sedang mengalami kesulitan emosional atau tanda-tanda depresi, jangan ragu untuk mencari bantuan. Berikut beberapa layanan dukungan kesehatan mental yang dapat diakses:
Dinas Kesehatan Jakarta menyediakan psikolog GRATIS bagi warga yang ingin melakukan konsultasi kesehatan jiwa. Terdapat 23 lokasi konsultasi gratis di 23 Puskesmas Jakarta dengan BPJS.
Bisa konsultasi online melalui laman https://sahabatjiwa-dinkes.jakarta.go.id dan bisa dijadwalkan konsultasi lanjutan dengan psikolog di Puskesmas apabila diperlukan.
Selain Dinkes DKI, kamu juga dapat menghubungi lembaga berikut untuk berkonsultasi:
1. Yayasan Pulih: (021) 78842580
2. Hotline Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan: (021) 500454
3. LSM Jangan Bunuh Diri: (021) 9696 9293
Ingatlah, kamu tidak sendirian. Mencari bantuan adalah langkah berani dan penting. Jangan ragu untuk menghubungi layanan-layanan di atas untuk mendapatkan dukungan yang kamu butuhkan.
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika