5 Cara Menghadapi Ibu Mertua Toxic, Turunkan Ekspektasi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi mertua. Shutterstock.com

Ilustrasi mertua. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Di ulasan relationship sebelumnya, kita membahas ciri ibu mertua toxic. Kali ini, kita mengulik sederet cara mengatasinya. Meskipun kecil kemungkinan ibu mertua Anda mengubah kepribadiannya, Anda dapat menggunakan tips berikut untuk mengatasi dan menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk diri Anda sendiri: 

1. Diskusi dengan pasangan

Langkah paling penting dan utama adalah berkomunikasi secara jujur dengan pasangan. Tanpa terdengar terlalu merendahkan, diskusikan permasalahan tersebut dengan pasangan Anda.

Setelah Anda memahami pandangan mereka terhadap masalah ini, akan lebih mudah untuk menangani situasi di masa depan dan menghindari tekanan emosional dan drama yang tidak diinginkan.

Pasangan yang bersedia akan siap untuk berdiri dan berbicara dengan ibu mereka atau membantu menciptakan batasan yang sehat di sekitar ibu mertua untuk melindungi integritas Anda. 

2. Turunkan ekspektasi

Jika setelah banyak usaha yang sia-sia, Anda tidak berhasil mendapatkan perlakuan yang lebih baik dari ibu mertua Anda, inilah saat yang tepat untuk percaya dan menerima bahwa dia tidak akan berubah. Demi kebaikan Anda sendiri, berdamailah dengan kebiasaan dan amukannya tanpa membiarkannya memengaruhi Anda, karena itu hanya bersifat verbal dan dapat dihindari.

Menurunkan ekspektasi akan menghemat banyak tenaga dan patah hati. Jika Anda dapat pindah ke tempat lain, itu akan menjadi situasi yang saling menguntungkan. Anda dapat menghindari racunnya sambil tetap berhubungan melalui telepon agar tidak menciptakan penghalang antara dia dan pasangan Anda. 

3. Terapkan praktik perawatan diri

Berurusan dengan ibu mertua toxic dapat merugikan kesehatan mental Anda. Karena manipulasi dan perilaku kasarnya, Anda mungkin merasa stres, cemas, dan sangat kecewa. Penting untuk menjaga kedamaian dan melindungi kesehatan mental Anda. Praktik perawatan diri terbukti bermanfaat oleh para ahli dan Anda juga dapat mengikutinya. Menulis jurnal, terapi, meditasi adalah beberapa cara untuk mengatasinya. 

4. Hindari Overthinking

Setelah berurusan dengan ibu mertua toxic, sangat masuk akal untuk berpikir berlebihan atau overthinking. Anda mungkin menganalisis suatu situasi secara berlebihan atau membaca yang tersirat untuk mengekstrak makna dan pemikiran gilanya.

Cara terbaik untuk mengatasi hal ini adalah dengan tidak menganggap segala sesuatunya serius atau bersifat pribadi. Bertindak sebagai korban adalah permainan terbaik bagi orang yang beracun, jangan biarkan waktu senggang menyerang atau mengganggu Anda. 

5. Berdiri untuk Diri Sendiri

Ingatlah bahwa tidak seorang pun boleh memiliki kekuatan untuk menghancurkan Anda atau kehidupan pernikahan Anda. Jika ibu mertua Anda menimbulkan masalah yang berdampak buruk pada kesehatan mental Anda atau menyabotase kehidupan pernikahan Anda, sebaiknya bicarakan langsung dengan pasangan Anda seperti yang disebutkan di atas, dan ambil sikap tegas.

Jika segala sesuatunya tidak beres, dapatkan bantuan dari terapis keluarga, dan jangan biarkan apa pun atau siapa pun menghalangi kebahagiaan Anda. 

Jika Anda berhadapan dengan ibu mertua toxic, ketahuilah bahwa Anda tidak sendirian. Sangat umum bagi ibu mertua untuk merasa tidak aman terhadap anak-anaknya dan akhirnya menyakiti pasangannya. Ada banyak tanda peringatan ketika kita mengenali ibu mertua yang suka mendominasi dan perilakunya yang menyimpang. Namun, ada juga cara untuk mengatasi racun tersebut dan menjaga kedamaian Anda dan keluarga. Selalu pastikan untuk mencari bantuan profesional ketika keadaan menjadi lebih buruk.

Pilihan Editor: Ungkapan Hati Whulandary Herman untuk Ibu Mertua: Mama Terbaik seperti Ibuku

PINK VILLA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."