Difitnah Rekan Kerja, Begini 8 Cara Menghadapinya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi wanita bekerja di kantor. shutterstock.com

Ilustrasi wanita bekerja di kantor. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Beragam kepribadian rekan kerja salah satu tantangan dalam dunia kerja. Kali ini kita mengulik soal rekan kerja yang suka fitnah. Jika hal ini terjadi, tentu menyebalkan dan memicu lingkungan kerja beracun alias toxic. Meski demikian, tantangan ini bisa diatasi dengan strategi efektif yang mempertahankan sikap profesional dan mendokumentasikan bukti fitnah. Untuk lebih lengkapnya, berikut cara menghadapi saat difitnah rekan kerja

1. Mengidentifikasi Perilaku

Langkah awal dalam mengatasi fitnah adalah mengenali kapan hal itu terjadi. Fitnah biasanya diwujudkan melalui gosip, penyebaran rumor, atau komentar negatif tentang rekan kerja yang dibuat di belakang mereka. Perilaku ini sering kali tumbuh subur di lingkungan yang ditandai dengan kecemburuan, persaingan, atau budaya tempat kerja yang beracun.

2. Menjaga Profesionalisme dan Ketenangan

Dalam menghadapi fitnah, sangat penting untuk menjunjung tinggi profesionalisme dan ketenangan. Menanggapi dengan kemarahan atau melakukan perilaku serupa hanya akan memperburuk situasi. Sebaliknya, disarankan untuk menarik napas dalam-dalam, tetap tenang, dan menilai situasi secara objektif.

3. Fokus pada Pekerjaan

Daripada terjebak dalam drama kantor, menyalurkan energi ke dalam pekerjaan bisa menjadi strategi yang efektif. Menunjukkan profesionalisme dan dedikasi melalui tindakan memungkinkan kolega dan atasan mengakui komitmen tersebut, melawan dampak rumor negatif.

4. Mempertahankan Sikap Positif

Sikap positif berfungsi sebagai penangkal ampuh terhadap fitnah. Berkonsentrasi pada tujuan, tetap optimis, dan membina lingkungan kerja yang konstruktif memungkinkan individu untuk mengatasi hal-hal negatif. Rekan kerja lebih cenderung menghargai kontribusi positif daripada terlibat dalam gosip yang merugikan.

5. Mendokumentasikan Bukti Fitnah

Mendokumentasikan tanggal, waktu, dan rincian perilaku si tukang fitnah sangat berharga ketika meneruskan masalah ini ke manajemen yang lebih tinggi atau bagian Sumber Daya Manusia. Catatan yang terdokumentasi dengan baik menunjukkan bahwa masalah ini sedang berlangsung dan bukan hanya terjadi satu kali saja.

6. Konfrontasi

Jika Anda merasa nyaman, menangani pelaku fitnah secara langsung dapat menjadi pendekatan yang proaktif. Ekspresikan kekhawatiran dengan tenang mengenai komentar atau gosip negatif, dengan menekankan pentingnya menjaga lingkungan kerja yang positif dan kolaboratif. Komunikasi yang transparan dapat memberikan kesadaran akan dampak dari perilaku tersebut.

7. Bercerita dengan Rekan Kerja Terpercaya

Berbagi dengan kolega terpercaya yang mungkin pernah menyaksikan perilaku si tukang ghibah dapat memberikan dukungan emosional dan perspektif alternatif. Namun, penting untuk berhati-hati agar tidak berkontribusi pada budaya gosip.

8. Mencoba Mediasi

Jika fitnah terus berlanjut dan mulai memengaruhi pekerjaan atau kesejahteraan, maka upaya mediasi adalah pilihan yang tepat. Banyak tempat kerja menerapkan proses mediasi untuk mengatasi konflik dan memfasilitasi penyelesaian. Pihak ketiga yang netral dapat memimpin percakapan dan berupaya menemukan solusi.

Dalam kasus di mana fitnah tetap terjadi meskipun sudah menempuh berbagai upaya, mungkin perlu untuk meneruskan permasalahan tersebut ke manajemen yang lebih tinggi atau bagian SDM. Menyajikan bukti terdokumentasi dan mengungkapkan kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap lingkungan kerja sangatlah penting. Dalam kasus ekstrem, organisasi mungkin perlu menerapkan intervensi untuk mengatasi budaya kerja yang tidak sehat.

Pilihan Editor: 8 Cara Menghadapi Rekan Kerja yang Berbohong dan Curang

TIMES OF INDIA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."