Tips Bedakan Bercak Panu dan Kusta di Kulit

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Seorang dokter berbincang dengan pasien penderita kusta di Rumah Sakit Anandaban Leprosy Mission di Lele, Nepal, 24 Januari 2015. (Omar Havana/Getty Images)

Seorang dokter berbincang dengan pasien penderita kusta di Rumah Sakit Anandaban Leprosy Mission di Lele, Nepal, 24 Januari 2015. (Omar Havana/Getty Images)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi Willa Damayanti membagikan tips membedakan bercak panu dan lepra atau kusta pada kulit secara sederhana. "Panu itu biasanya seperti sisik halus begitu. Biasanya ada pemeriksaannya, kita bilang fingernail sign, kalau kita kerok sedikit, nah itu biasanya dia akan bersisik kalau panu," katanya dalam diskusi tentang kusta yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa 30 Januari 2023.

Kemudian, Willa melanjutkan, panu umumnya hanya ditemui pada daerah yang rentan berkeringat seperti area wajah, atau badan yang lembap dan terkena sinar matahari, sedangkan kusta bisa ditemukan di mana pun.

Selain itu, kulit yang terkena panu tidak berkurang sensibilitasnya dalam meraba atau merasakan sentuhan. Berbeda dengan kusta yang hilang atau berkurang sensibilitasnya dalam meraba dan merasakan sentuhan hingga terjadi kelemahan otot pada titik tertentu.

"Bisa terjadi kelemahan otot. Makanya kalau mendeteksi, biasanya kita ada pemeriksaan begitu pasien datang, kita lakukan beberapa pemeriksaan saraf. Biasanya ada enam nervus yang kita lihat atau enam saraf, baru kita nilai nanti, mana saja yang terjadi penurunan atau kelemahan dari otot tersebut," ujar dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta itu.

Saat kusta bertambah parah, kata Willa, benjolan yang lebih besar bernama facies leonina (muka singa) bisa tumbuh di wajah.

Ia mengatakan penyakit yang juga diketahui sebagai Morbus Hansen ini dapat menyerang siapapun, baik anak-anak maupun dewasa. Namun, umumnya penyakit tersebut terjadi pada orang di usia 25-35 tahun.

Sejumlah faktor risiko seperti lingkungan yang buruk, kondisi sosio-ekonomi yang rendah, serta rendahnya sistem imun pada tubuh meningkatkan risiko terjadinya kusta pada seseorang.

Meski demikian, Willa menyebutkan penyakit kusta dapat disembuhkan. Untuk itu ia mengimbau kepada masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat bila mendapatkan sejumlah gejala dan ciri-ciri yang telah disebutkan, karena dengan mengenali gejalanya sedari dini, maka pengidap kusta dapat terobati dengan cepat dan tepat.

"Lalu, hentikan stigma negatif pada kusta, karena memang penyakit ini terlihat dari luar jelas bentuknya, memang kadang agak menakutkan. Kalau kita nggak sama-sama untuk memusnahkan kusta, ini kusta akan tetap terus ada," tuturnya.

Hari Kusta Sedunia diperingati setiap tanggal 28 Januari. Pada tahun ini, Hari Kusta Sedunia bertemakan "Kalahkan Kusta". Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021 mencatat Indonesia berada di urutan ketiga sebagai negara yang memiliki pengidap kusta terbanyak di dunia.

Pilihan Editor: Teknik Modifikasi Tarsorafi Bantu Cegah Kebutaan Pada Penyandang Lepra

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."