60 Persen Penduduk Jabodetabek yang Single Alami Kesepian sedang Hingga Berat

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi wanita kesepian. shutterstock.com

Ilustrasi wanita kesepian. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penelitian terbaru dari Health Collaborative Center (HCC) merilis hasil survei yang mereka lakukan. Dalam temuan studi mereka, status perkawinan mempengaruhi rasa kesepian seseorang. Studi HCC menyebutkan sebanyak 60 persen penduduk Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi yang belum menikah atau janda dan duda mengalami kesepian derajat sedang hingga berat. "Dimana risikonya juga secara statistik sangat bermakna yaitu mencapai satu setengah kali lipat," kata Peneliti utama dan Ketua HCC Ray Wagiu Basrowi dalam keterangan pers yang diterima Cantika pada pertengahan Desember 2023.

Ray mengungkapkan kondisi status perkawinan ternyata ketika dihubungkan dengan derajat kesepian menunjukkan adanya hubungan dengan jenis kelamin perempuan. "Jadi perempuan memang lebih rentan untuk mengalami kesepian bila mereka tidak menikah, paling tidak ini terlihat dari analisis univariat yang dilakukan penelitian ini,” ujarnya.

Secara umum, penelitian HCC itu juga menyebutkan bahwa 4 dari 10 Orang yang tinggal di Jabodetabek mengalami kesepian derajat sedang dan berat. Hal ini ditandai dengan indikator survey online pada 1229 responden selama 3 bulan terakhir. Ray menambahkan, hasil derajat kesepian orang Jabodetabek ini secara signifikan berhubungan langsung dengan empat variable, yaitu status perantauan, usia muda kurang dari 40 tahun, status belum menikah dan perempuan. 

Ketua Health Collaborative Center HCC Ray Wagiu Basrowi/Istimewa

Menurut Ray, survey menggunakan UCLA Loneliness Scale ini menunjukkan bahwa status seorang perantau yang tinggal di Jabodetabek memiliki potensi atau risiko hampir dua kali lipat untuk menderita kesepian derajat sedang hingga berat. "Terdapat satu indikator penting yaitu 62 persen indikator kesepian yang dibentuk oleh perasaan tidak merasa cocok dengan pergaulan dan orang-orang di sekitarnya," kata Ray.

Ray mengatakan ini indikator yang tidak menyenangkan karena WHO sendiri sudah mengeluarkan rekomendasi bahwa bahaya dari kesepian dapat meningkatkan terjadinya gangguan kesehatan jiwa. "Masalah kesehatan jiwa juga meningkatkan risiko penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah yang berbahaya bahkan meningkatkan risiko kematian,” kata Ray yang juga inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa.

Hasil penelitian ini lebih lanjut menemukan fakta lain, yaitu lebih 51 persen kelompok penduduk dengan usia di bawah 40 tahun mengalami kesepian derajat sedang dengan risiko nya lebih dari dua kali lipat. Menurut Ray temuan ini juga membuktikan bahwa kelompok usia muda yang berada pada tahap masa hidup aktif dan produktif ternyata sebagian besar mengalami kesepian. "Artinya istilah support system yang sangat popular di kalangan generasi muda terkesan tidak cukup mendukung para generasi muda dan produktif di kota besar untuk tidak merasa kesepian," kata Ray yang merupakan pengajar kedokteran kerja di Departemen Kedokteran Komunitas FKUI ini.

Penelitian dari HCC ini dilakukan oleh Ray sebagai Peneliti Utama bersama Yoli Farradika, MEpid sebagai Research Associate. Penelitian berlangsung sejak November 2023 pada 1229 responden mayoritas Jabodetabek, dengan mayoritas perempuan rentang usia antara 21 hingga 60 tahun. Penelitian dilakukan dengan survey online menggunakan kuesioner UCLA Loneliness Scale yang tervalidasi dalam Bahasa Indonesia, dengan random sampling dan margin of error 1.6 dan mendapatkan izin etik dari Komisi Etik Kesehatan, yang merujuk pada tingkat kredibilitas dan validitas dari hasil penelitian ini.

Lebih lanjut Ray mengungkapkan, penggunaan kuesioner UCLA Loneliness Scale sudah sering dipakai untuk mendapatkan penggambaran skala kesepian di komunitas di berbagai negara, sehingga kuesioner ini dapat dipertanggung- jawabkan secara ilmiah.

Meskipun demikian, menurut Ray, tentunya hasil ini tidak 100 persen merepresentasikan kondisi secara umum tapi cukup kuat untuk mendapatkan indikasi derajat kesepian. "Agar menjadi bahan acuan, diskusi dan rekomendasi bagi masyarakat, tenaga kesehatan dan pemerintah untuk mencari solusi bahwa kesepian itu terjadi di masyarakat kita dan perlu diatasi dengan sejumlah langkah cepat," katanya. 

Salah satu rekomendasi HCC berdasarkan studi literatur menunjukkan efektivitas dari ruang publik yang ramah interaksi sudah diterapkan di berbagai negara di Eropa dan Amerika. "Hasil studi ini diharapkan bisa menjadi pemantik diskusi pentingnya kesehatan jiwa di Indonesia," kata Ray.

Pilihan Editor: 10 Tips Mengatasi Kesepian, Fokus pada Hobi dan Perluas Pertemanan

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."