Tips Merawat Kain Tradisional, Hanya Dicuci dengan Air Dingin

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Pengerajin kain tenun tradisional tengah memperagakan pembuatan kain ulos di Kafe Brew and Brother, Tarutung, Tapanuli utara, Selasa, 26 Oktober 2021. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Perayaan Hari Ulos Nasional. Dok Unesco

Pengerajin kain tenun tradisional tengah memperagakan pembuatan kain ulos di Kafe Brew and Brother, Tarutung, Tapanuli utara, Selasa, 26 Oktober 2021. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Perayaan Hari Ulos Nasional. Dok Unesco

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Batik bukan satu-satunya kain tradisional yang ada di Indonesia. Ada pula ulos atau kain tenun yang juga merupakan kain tradisional kebanggaan Indonesia. Rata-rata kain tradisional menggunakan pewarna alami. 

Kain tradisional biasanya proses pelestarianya diturunkan dari generasi ke generasi. Hal itu cukup melekat pada masyarakat suku Batak. CEO Tobatenun Kerri na Basaria mengatakan masyarakat suku Batak biasanya memiliki satu lemari penuh berisi kain-kain tradisional yang usianya sudah berpuluh-puluh tahun.

Ia pun memberikan saran dan tips untuk merawat kain tradisional agar tetap tahan lama dan warna tetap awet, terlebih jika kain tersebut menggunakan bahan alam. "Kain tenun alam tidak bisa dicuci di mesin cuci, dan hanya dicuci dengan air dingin, biasanya pakai sampo atau sabun bisa," kata Kerri dalam konferensi pers Tobatenun di Jakarta, Senin 24 Oktober 2023.

Selain itu, jika ingin menggunakan detergen Kerri juga mengingatkan untuk tidak menggunakan detergen untuk cuci baju biasa, tapi bisa diganti menggunakan detergen berbahan organik.

Sedangkan untuk mengeringkan kain tenun yang memakai pewarnaan alam, sebaiknya tidak langsung terkena sinar matahari karena bisa memudarkan warna aslinya. "Lebih diangin-angin saja karena pewarrna alam atau tenun kena matahari langsung bisa pudar warnanya," kata Kerri.

Jika ingin disetrika, gunakan suhu yang sedang atau jangan terlalu panas. Sementara dalam menyimpan kain tenun agar tahan lama juga disarankan di tempat yang kering dan tidak lembab karena kain dengan pewarna alam cenderung menimbulkan bau dan mengundang serangga datang.

Di sisi lain, Kerri mengatakan beberapa tahun belakangan ini, kain tradisional seperti tenun sudah mulai dilirik masyarakat Indonesia yang mengeksplorasi kain wastra, meskipun tidak sepopuler batik dan kain ikat sumba yang "naik daun" lima tahun terakhir ini. "Tenun naik daun jadi itu yang kita lihat, tren tenun terus naik mungkin orang Indonesia ingin eksplor wastra Indonesia yang lebih luas," katanya.

Pada helatan Jakarta Fashion Week 2024, ia dan Tobatenun melalui tema desain "Masa Rani", ingin memperkenalkan tenun asli Karo, Sumatera Utara agar lebih dikenal masyarakat luas dan memperlihatkan bahwa kain tradisional bisa nyaman digunakan sehari-hari dengan 100 persen katun dan linen.

Pilihan editor: 6 Kain Tradisional Indonesia Ini Sudah Dikenal Dunia

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."