Perjuangan Bidan Fifi Sumanti Menurunkan Angka Stunting di Pulau Komodo, Edukasi Tak Hanya Fokus pada Ibu

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Fifi Sumanti, Bidan Puskesmas Pembantu Pulau Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur ditemui di Mall Pacific Place, Jakarta Pusat, pada Kamis, 5 Oktober 2023. Foto: CANTIKA/Ivana Felysitaswati Palla

Fifi Sumanti, Bidan Puskesmas Pembantu Pulau Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur ditemui di Mall Pacific Place, Jakarta Pusat, pada Kamis, 5 Oktober 2023. Foto: CANTIKA/Ivana Felysitaswati Palla

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Bidan Fifi Sumanti membagikan upaya dia, tim bidan, dan perangkat desa dalam menekan angka kasus gagal tumbuh kembang atau stunting di Pulau Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Kupang. Fifi menjabat sebagai Bidan Penanggung Jawab Puskesmas Pembantu di Pulau Komodo. Dia menyoroti soal mindset dan pola asuh yang menjadi tantangan dalam edukasi stunting.

Fifi mengisahkan butuh perjalanan panjang yang tak mudah dalam menurunkan stunting karena berhadapan langsung dengan pola pikir atau mindset dan pola asuh yang keliru.

"Karena mengubah mindset masyarakat itu tak semudah membalikkan telapak tangan," jelasnya di Jakarta, Kamis, 5 Oktober 2023.

Walhasil, Fifi bersama tiga bidan lainnya berkomitmen memberikan edukasi aktif untuk menekan stunting, mulai dari menjelaskan apa itu stunting, pencegahan, dan dampaknya di segala pertemuan.

"Di posyandu, kelas ibu hamil, pos pelayanan terpadu, semua kita sebutkan isu stunting. Sampai di satu wilayah Komodo, yang dibicarakan tidak ada yang lain, hanya stunting," jelasnya.

"Alhamdulillah di 2019 angka stunting turun sedikit. Meski bersyukur, saya ingin lebih turun lagi," sambungnya.

Evaluasi Target Edukasi Stunting, Tak Hanya Fokus pada Ibu

Dengan tekad ingin menurunkan lagi kasus stunting, Fifi dan rekan bidannya mengevaluasi apa yang perlu ditingkatkan. Karena mereka tahu betul para ibu yang diedukasi memahami a to z tentang stunting, tapi begitu tiba di rumah tak langsung diterapkan. Ya, dia memahami butuh proses dan waktu untuk mengubah pola pikir sebelumnya yang sudah mengakar. Contohnya ASI eksklusif kurang dari 6 bulan atau Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) diberikan pada bayi di bawah 6 bulan.

Dia berbagi salah satu contoh kasus pemberian bubur pada bayi berusia dua bulan oleh neneknya. Dia mendapat laporan hal itu dari tetangga saat berkumpul dan berbincang santai, kemudian membuktikan sendiri dengan mendatangi rumah ibu tersebut keesokan harinya.

"Saya parkir motor di belakang rumah ibu ini, saya jalan di lorong-lorong agar ibu ini tidak tahu saya datang. Saya lihat mertuanya sedang menyuapkan bubur (ke bayi). Frustrasi benar (saat itu)," imbuhnya.

"Tapi saat itu, saya juga bersyukur bahwa Tuhan betul-betul memberi tahu saya, 'Fi, ini yang membuat angka stunting kamu tidak turun signifikan. Kamu terlalu fokus pada ibunya, kamu lupa dalam keluarga itu ada mertua (nenek dan kakek dari anak itu). Karena mertua juga berperan penting dalam mengasuh anak," ucapnya.

Akhirnya, Fifi dan timnya mengedukasi ibu mertua tersebut. Meski direspons bahwa hal itu sudah turun-temurun dilakukan dan tidak ada masalah, Fifi pantang menyerah. Dia semakin menyadari dalam mengatasi stunting tak hanya dari pemerintah, tapi juga tugas segala pihak.

Untuk semakin merangkul banyak pihak, Fifi pun berbincang dengan Kepala Desa (Kades) dan dibuatlah program posyandu remaja untuk edukasi stunting sejak dini.

"Putra-putri ini akan menjadi calon ibu dan bapak," jelasnya.

Setelah melewati proses panjang, terjadi penurunan angka stunting di Pulau Komodo. Tahun lalu kasus stunting mencapai 11,7 persen, di tahun ini, tepatnya hingga Agustus 2023 turun menjadi 9,7 persen. Dan, perjuangan bidan Fifi Sumanti terus berlanjut.

Pilihan Editor: Ada 12 Provinsi Prioritas Penurunan Stunting, dari Aceh hingga Kalimantan Barat

IVANA FELYSITASWATI PALLA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."