Jarang Bergerak Saat Liburan Bisa Bikin Performa Kerja Menurun

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi wanita melakukan olahraga latihan barre. Freepik.com

Ilustrasi wanita melakukan olahraga latihan barre. Freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dokter spesialis kedokteran olahraga dr. Michael Triangto, Sp.KO mengatakan perubahan kebiasaan seiring berkurangnya aktivitas fisik selama liburan dapat mempengaruhi efisiensi bekerja bahkan menurunkan performa kerja. "Nah, ini yang tidak boleh. Bagaimana pun juga, mau ada lebaran atau mau ada tahun baru Natal dan sebagainya, performa kerja kita harus tetap baik bahkan bertambah baik di tahun 2023 ini," kata Michael yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) pada Selasa 3 Januari 2022.

Michael menyoroti terjadinya perubahan kebiasaan yang kerap terjadi di masyarakat saat menjalani masa liburan dengan mengurangi atau bahkan tidak melakukan aktivitas fisik.

Walaupun durasi serta beban libur Natal dan Tahun Baru tidak sebesar seperti masa libur Idul Fitri, Michael mengatakan tetap saja akan ada perubahan kebiasaan yang membuat masyarakat, terutama di perkotaan, tanpa sadar mengurangi jumlah waktu yang digunakan untuk aktivitas fisik. "Hanya orang-orang tertentu saja yang selama liburan mau berolahraga. Hanya orang-orang tertentu, kelompok kecil tertentu," kata dia.

Potensi masalah kenaikan berat badan juga harus menjadi perhatian masyarakat usai menikmati berbagai jenis makanan selama liburan berlangsung. Michael menekankan bahwa permasalahan kenaikan berat badan sebaiknya jangan dianggap sepele sebab jika dibiarkan akan berdampak negatif di kemudian hari.

"'Tahun kemarin saya sudah naik 2 kilogram, eh, nggak berhasil balik ke berat badan semula. Tahun ini saya naik lagi 1 kilogram'. Sepertinya remeh, cuma 2 kilogram, cuma 1 kilogram. Dia baru sadar kalau celana jeans yang biasa dipakai itu tidak dapat dipergunakan lagi. Di situlah dia baru melihat sisi mahalnya kesehatan," kata Michael.

Selama liburan, menikmati makan makanan, apalagi jenis yang baru, sebetulnya boleh-boleh saja asalkan mengetahui cara mengembalikan berat badan ideal dengan mengatur input dan output pada tubuh.

Michael meminta masyarakat menyeimbangkan apa yang dikonsumsi dan bagaimana cara membakar kalori yang telah masuk itu. "Di situlah sedikit demi sedikit terjadi defisit sehingga berat badan tadi itu dapat kita kembalikan lagi ke berat badan semula sebelum kenaikan, bahkan bilamana sebelumnya sudah ada kelebihan, itu dapat kita capai berat badan ideal yang lebih baik," kata dia.

Karena aktivitas fisik berkurang selama liburan, Michael mengatakan aktivitas fisik itu dapat dimulai kembali dengan cara yang ringan terlebih dahulu seperti berjalan kaki guna mengembalikan pola kebiasaan. "Misalnya, biasanya kita berjalan ke halte Transjakarta. Jangan nanti malah menggunakan ojek misalnya sampai di halte, ini akan mengubah tingkat metabolisme tubuh yang nantinya juga akan memperlambat metabolisme tubuh kita dalam bekerja sehingga akan menimbulkan banyak penyakit karena in-aktivitas tadi," kata dia.

Michael menekankan bahwa aktivitas fisik itu harus dilakukan secara terprogram, terukur, teratur, dan berkesinambungan. Bangunlah kebiasaan itu secara bertahap tapi pasti. Jika pola kebiasaan ringan hingga sedang telah terbangun kembali, maka program dapat ditingkatkan menjadi jenis aktivitas fisik atau olahraga dengan intensitas yang berat.

Yang tidak kalah penting, imbuh dia, salah satu keberhasilan program menurunkan berat badan yaitu melakukan diet dan olahraga dengan bahagia dan tanpa beban. "Dengan demikian, kita dapat mengembalikan kondisi tubuh yang sebelumnya sudah bagus, menurun pada saat Natal dan Tahun Baru, kemudian kita kembalikan lagi seperti semula. Dan kita harapkan dapat meningkat lebih baik dibandingkan sebelumnya," kata Michael.

Baca: Belum Punya Resolusi Tahun Baru? Bagaimana Jika Mulai dengan Kebiasaan Sederhana

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."