7 Cara Bertengkar Sehat dengan Pasangan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi pasangan bertengkar. shutterstock.com

Ilustrasi pasangan bertengkar. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Bertengkar dengan pasangan hal yang harus dihindari. Itu merupakan reaksi alami manusia dan fase semakin mengenal pasangan.

“Adalah sifat manusia untuk tidak setuju, saling membuat kesal, dan alami kesalahpahaman dengan pasangannya,” kata terapis pasangan, Tracy Ross, seperti dikutip dari Well+Good.

Pertengkaran memungkinkan kedua belah pihak untuk menyuarakan perasaan dan pemikiran dari kesalahpahaman atau kesalahan yang terjadi. Menurut psikolog klinis, Abby Medcalf, hal tersebut sangat penting untuk kesehatan suatu hubungan.

"Ketika kita menghindari mengatakan apa yang kita rasakan, kita akhirnya menimbun kesal dan marah."

Menyimpan segala sesuatu atau menyangkal perasaan Anda menjadi pertanda bahwa Anda Anda tidak cukup memercayai pasangan, keterbukaan atau fondasi hubungan, kata Ross.

Di sisi lain, bertengkar merupakan indikasi bahwa kedua orang ingin mengenal lebih dalam sekaligus memperkuat fondasi hubungan. Dan, pertengkaran memungkinkan Anda berdua memiliki kesempatan untuk mengatasi masalah satu sama lain, bertemu di titik tengah, dan ujungnya semakin dekat.

Maka dari itu, pertengkaran atau ketidaksepakatan acapkali menjadi fase tumbuh bersama dalam suatu hubungan. “Meskipun Anda tidak dapat mengubah orang lain, Anda dapat tumbuh bersama dengan seseorang dengan saling mengakomodasi kebutuhan, dan hal itu akan memperkuat individu serta hubungan.”

Meski "menyehatkan" untuk hubungan, para pakar juga mengingatkan pentingnya bertengkar secara adil dan sehat, terutama saat berargumen. Jika argumen terungkap dengan cara yang membuat salah satu atau kedua orang terluka, maka mungkin terasa seperti pengalaman traumatis daripada fase bertumbuh.

Berikut tujuh cara bertengkar sehat dengan pasangan menurut sejumlah pakar:

1. Hindari Kata "Selalu" dan "Tidak Pernah"

Yang utama dan terpenting tidak mengungkit masalah lampau saat menyampaikan argumen. Fokus saja pada kesalahan atau masalah saat itu.

Jika Anda melakukan membahas hal-hal yang sudah berlalu, pasangan mungkin langsung bersikap defensif, begitu pula sebaliknya, bukan? Tentunya, hal itu tidak relevan untuk mencari solusi bersama masalah saat itu.

Maka dari itu, Anda atau pasangan wajib menghindari kata "selalu" atau "tidak pernah", kata Dr. Medcalf. Sebab perkataan itu mengarahkan pada contoh yang membuktikan bahwa Anda atau pasangan salah, ketimbang mendalami perilaku dan perasaan masing-masing.

2. Hindari Kritik dan Hinaan

Bahasa yang kritis dan kasar adalah prediktor kuat perceraian. Menurut Ross, bahasa tersebut semakin "menguliti" kekurangan dan kesalahan pasangan. Yang kedua, bahasa tersebut adalah bentuk kekejaman murni berasal dari pola pikir.

Contohnya, 'saya lebih baik dari Anda', kamu kasar', atau 'kamu depresi'. Dr Medcalf menyebutkan kalimat tersebut termasuk kritik dan hinaan.

Mengkritik dan menghina saat bertengkar tidak hanya benar-benar mengecewakan pasangan, tetapi juga menempatkan pasangan pada posisi yang tidak adil dan membahayakan pada hubungan.

3. Berpendapat dari Sudut Pandang Anda

 “Salah satu kunci untuk bertengkar secara adil adalah tetap berada di jalur Anda sendiri,” kata Ross. “Diskusikan mengapa Anda merasa marah, kesal atau jenis kesusahan lainnya tanpa memberi tahu apa yang harus dilakukan atau dikatakan pasangan.”

Pernyataan, “Kamu melakukan ini,” atau “Kamu melakukan itu”, sebaiknya tidak diucapkan selama pertengkaran karena cenderung menuduh, bahkan jika kamu hanya mencoba.

Dr. Medcalf menyarankan setelah Anda mencurahkan isi hati, bertanyalah kepada pasangan Anda dengan mengatakan, "Nah, bagaimana dengan kamu dan apa yang kamu lakukan?”

Sebaliknya, "gunakan pernyataan 'saya' untuk berbicara tentang perasaan Anda," kata Ross. Dan saat Anda melakukannya, pastikan untuk tidak menghubungkan perilaku atau tindakan Anda dengan pasangan Anda, seperti, "Jika Anda tidak melakukan ini, saya tidak akan melakukan itu," tambah Ross.

“Perilaku Anda bukan salah mereka, karena kita semua bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri.”

4. Berpikiran Terbuka Terhadap Ucapan Pasangan

“Salah satu manfaat bertengkar adalah wadah untuk mendengar dan memahami, bukan untuk menjadi 'benar,'” kata Ross. Bahkan, Dr. Medcalf menyarankan untuk berdebat dengan maksud mendengarkan seolah-olah Anda salah, sehingga Anda benar-benar berpikiran terbuka untuk mengembangkan resolusi masalah bersama dengan pasangan Anda.

“Solusi ini seharusnya tidak menjadi solusi yang sudah Anda pikirkan karena harus datang dari Anda berdua,” katanya.

Untuk memperoleh solusi efektif, penting untuk mendengarkan secara aktif dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang menggali perasaan pasangan Anda, kata Dr. Medcalf.

“Apa bagian yang paling mengganggu, menyedihkan, atau mengganggu tentang X?'' atau “Apa pendapat Anda tentang X?'' atau “Apa maksud Anda ketika mengatakan X?'' Dengan informasi, Anda dapat terlibat dalam sesi sesi tukar pendapat yang produktif dengan pasangan Anda tanpa terjebak dalam penolakan dan permohonan yang tak ada habisnya.

5. Pentingnya Berempati

Perbedaan latar belakang pekerjaan atau pendidikan bisa turut memicu pertengkaran berlangsung tidak adil. Contohnya, saat pasangan Anda mungkin merasa terhina karena mengacaukan presentasi di tempat kerja, sementara pekerjaan Anda tidak ada yang terkait dengan presentasi, sehingga hal itu membuat Anda sulit berempati.

BIla hal tersebut Anda alami, fokus pada perasaan pasangan, bukan situasinya. "Tanyakan pada diri sendiri, 'Kapan Anda merasakan sesuatu seperti yang pasangan gambarkan?'," jelas Ross.

Anda dapat mengingat perasaan menyakitkan dan berempati serta mendukung pasangan Anda melalui pengalaman sulit. 

6. Pertengkaran Hanya di Ruang Privasi

“Ketika Anda berbicara dengan teman dan anggota keluarga tentang pertengkaran dengan pasangan, Anda akan mendapatkan banyak pendapat tentang apa yang salah dan bagaimana menyelesaikannya dari jumlah orang yang Anda libatkan,” kata Dr. Medcalf. Walhasil, banyak orang ikut campur dalam rumah tangga Anda.

Menurut pakar, selama tidak ada kekerasan dalam rumah tangga, hal tersebut bisa memperburuk keadaan di antara Anda berdua sekaligus orang-orang yang Anda berdua sayangi karena menjadi saling berlawanan. 

7. Jangan Pergi

Beberapa di antara kita memilih pergi saat kondisi pertengkaran semakin memanas. Menurut Ross, bila hal itu terjadi, maka pihak yang ditinggalkan akan sulit menyampaikan unek-unek ke depannya, semakin membangun kebencian, dan mengikis hubungan dari waktu ke waktu. 

Selama Anda merasa aman secara fisik dan emosional, usahakan untuk tetap terlibat dalam percakapan. Dan, jika Anda merasakan penolakan internal atau merasa perlu untuk rehat ketika topik sensitif diangkat, ungkapkan itu kepada pasangan, tambah Ross. Yang terpenting, jangan tinggalkan pasangan begitu saja saat bertengkar.

JESSYCA GAZELLA | WELL+GOOD

Baca juga: Jangan Katakan 3 Hal Ini saat Bertengkar dengan Pasangan

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."