Lebih Simpati, Belajar dari Prank KDRT yang Dilakukan Baim Wong dan Paula Verhouven

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Baim Wong dan Paula Verhoeven meminta maaf atas konten prank KDRT ke polisi, Senin, 3 Oktober 2022. Foto: Instagram Baim Wong.

Baim Wong dan Paula Verhoeven meminta maaf atas konten prank KDRT ke polisi, Senin, 3 Oktober 2022. Foto: Instagram Baim Wong.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pasangan, Baim Wong dan Paula Verhouven mendapat banyak kecaman dari sesama selebritas setelah membuat konten prank soal kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Baim dan Paula menjadikan polisi sebagai korban prank mereka dengan berpura-pura membuat laporan KDRT.

Video berjudul Baim KDRT, Paula Verhouven Jalani Visum. Nonton Sebelum Video Ini di Takedown diunggah di kanal YouTube Baim Paula pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Namun tak sampai 24 jam, video tersebut telah dihapus. Meski begitu banyak netizen yang telah merekam sebagian isi dari konten tersebut dan menjadi viral di media sosial. Tak lama kemudian, pasangan ini pun meminta maaf kepada publik dan menyesal telah menjadikan lelucon atau prank. 

Menanggapi kasus di atas, Psikolog Anisa Cahya Ningrum mengatakan jika prank seperti yang dilakukan mereka semestinya tidak perlu terjadi. Kasus KDRT bukanlah hal yang layak untuk dijadikan bahan lelucon. Justru sebaliknya, kita perlu bersungguh-sungguh untuk melakukan upaya pencegahan dan memberikan bantuan secara menyeluruh kepada korban.Hal ini menyadarkan kita, bahwa proses edukasi tentang KDRT masih membutuhkan upaya yang besar, agar masyarakat lebih memahaminya.

Menurut Anisa, hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman tentang masalah KDRT di masyarakat dan kurangnya edukasi tentang dampak KDRT bagi korban, keluarga, pelaku, dan institusi terkait. "Termasuk rendahnya kepekaan terhadap kondisi psikologis korban dan keluarganya, dan ditambah Adanya kebutuhan komersial yang secara sepihak bisa menguntungkan," ungkapnya saat dihubungi melalui pesan instan, Rabu 5 Oktober 2022. 

Perlu penelitian lebih lanjut tentang seberapa banyak orang yang tidak dan sudah bersimpati terhadap KDRT. Bagi orang-orang yang belum bisa bersimpati, mungkin disebabkan oleh:

1. Tidak memiliki informasi yang cukup tentang KDRT

2. Kurang memahami dampak dan risiko dari KDRT

3. Menganggap itu bukanlah urusannya, sehingga tidak perlu melibatkan diri

4. Belum mengasah kecerdasan emosi, sehingga kurang peka terhadap perasaan orang lain, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan

Lantas apa yang bisa kita lakukan? 

Anisa memberikan beberapa hal yang bisa kita lakukan bila mendapati teman atau orang di sekitar kita mendapat perlakuan KDRT:

1. Cermati kondisi fisiknya, dan pastikan bahwa telah dilakukan penanganan bila ada luka, memar atau trauma fisik yang dialaminya.

2. Temani korban, jangan biarkan dia sendirian

3. Sampaikan bahwa kita akan siap membantu jika dibutuhkan

4. Beri kesempatan untuk menyampaikan perasaannya

5. Hindari stigma yang memojokkan korban

6. Jaga ucapan yang berisiko menyakiti perasaan korban

7. Bantu untuk membuat dokumentasi atas bukti-bukti kekerasan

8. Temani korban melakukan visum ke rumah sakit terdekat

9. Bantu korban untuk mendapatkan jasa professional di bidang hukum, psikologis dan medis.

10. Dukung keluarganya untuk merundingkan langkah terbaik menghadapi masalah ini.

Baca: Jangan Anggap Remeh KDRT, Simak 6 Tips Mencegahnya

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."