Pengidap Kanker Serviks Bisa Hamil, Ketahui Risikonya Berikut Ini

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi Kanker Serviks. Cancerbox.org

Ilustrasi Kanker Serviks. Cancerbox.org

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Terdapat tiga poin penting yang menjadi kunci untuk cegah kanker serviks, yaitu pola hidup sehat, lakukan vaksinasi, dan skrining secara berkala. Ketiga hal itu juga menjadi kunci penting untuk turunkan angka kasus kanker serviks.

Hal tersebut dikatakan oleh Spesialis Kandungan dan Kebidanan Dokter Agung Witjaksono, menurutnya selama ini masih ada ketakutan apakah kanker serviks bisa dicegah atau sebaliknya. Pencegahan secara khusus dibagi dua yakni primer (vaksinasi) dan sekunder (pap smear). Kanker yang diketahui dari virus HPV dan kasusnya diketahui paling banyak ialah tipe 16 dan 18. Artinya kalau penyebabnya virus berarti bisa diupayakan dengan vaksin HPV. 

"Bagi yang belum menikah, bagaimana cara mendeteksi apakah punya bibit kanker serviks? Disarankan usia 10-55 tahun dilakukan vaksinasi HPV, jadi dari kecil sudah ada, termasuk juga untuk ibu-ibu muda. Usia 9-14 tahun dua kali vaksin dalam kurun waktu enam bulan. Hasil penelitian sudah 30 tahun, kalau anak-anak vaksin cukup dua kali, belum disarankan untuk booster saat mereka dewasa," paparnya dalam talkshow bertajuk “Mungkinkah Penderita Kanker Serviks Hamil?” yang diadakan Klinik JLA Indonesia, Jumat, 24 Juni 2022. 

Bagaimana dengan gejala yang harus kita perhatikan? 

Kalau sudah bergejala lebih dari stasiun dua, punya lesi prakanker, kalau ditemukan secara dini maka bisa hilang. Dengan papsmear bisa dicegah sejak dini. Kalau gejala sangat awal susah dideteksi. Keputihan juga bukan berarti terkena serviks. 

Keputihan terus menerus bentuknya air dan keluar darah, radang belum tentu kanker, ada yang bau tidak biasa.perhatikan masalah di organ vital, termasuk siklus bulanan, kondisi bau dan tekstur keputihan. Lebih sering aware agar memudahkan deteksi dini. 

Lantas, mungkinkah pengidap kanker serviks bisa hamil?
 

Bisa jadi ada kasus perempuan hamil, kemungkinan ada kanker serviks lebih dulu karena masa penyakit muncul bisa dalam kurun waktu 15-20 tahun sampai menujukkan gejala tertentu. 

Tips hamil saat mengalami kanker serviks, dari stadium pra kanker - kanker 1-4 (terbagi lagi A dan B) lalu stadium 4. Sampai 2 A yang bisa kasih tindakan. Lantas, kalau arahnya stadium 2B, tidak bisa periksa pelvis kalau dalam keadaan hamil. Radioterapi dan kemo mematikan sel kanker dan berisiko untuk janin. 

Risiko hamil saat mengidap kanker serviks

Pahami risiko yang terjadi dan harus ada pantauan intens. Kalau pendarahan saat menstruasi lebih banyak dan masih keluar lagi harus konsultasi lebih lanjut. Selain risiko pendarahan juga ada bayi lahir prematur dan ketuban pecah dini. 

"Kalau sampai lesi pra kanker, kalau sudah mengarah ke serviks, kemungkinan hamil lebih sulit. Sampai stadium dua masih bisa hamil. Bisa dihambat lajunya dan bisa sembuh kalau dideteksi. Sembuhnya kan butuh proses," ujarnya. 

Selain talkshow di atas, dalam kesempatan ini Spesialis Ortophedi Dokter Andjar Bhawono selaku Komisaris Klinik Utama JLA Indonesia mengatakan bahwa perubahan nama dari Jakarta Life Science & Asthetic menjadi Klinik Utama JLA Indonesia ini adalah wujud nyata dari komitmen Klinik Utama JLA Indonesia untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik dengan sepenuh hati, melalui Central of Excellent yang meliputi: Orthopedi, Spesialis Kandungan, Spesialis Anak, Spesialis Laktasi, dan Aesthetics and Slimming. 

Serta dilengkapi dengan unit pelayanan terpadu yang terdiri dari Poli Umum, Pelayanan Poli Home care/ Home care Service (Medical Team Oncall/ doctor and nurse),Telemedicine, Kamar Operasi, Tindakan Bedah Minor, dan Medical Check Up Corporate (Communitas- On Site- Personal). Dengan konsep baru ini, pihaknya berharap, Klinik Utama JLA Indonesia akan “Menyembuhkan dengan Rasa Kepedulian.”

Baca: Pola Hidup Sehat Hingga Skrining Berkala Penting untuk Cegah Kanker Serviks

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."