Perjalanan Karier Rima Melati, dari Fashion Hingga Industri Perfilman

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Foto Rima Melati di era 1960-an Sebelumnya sempat beredar kabar jika Rima Melati tengah sakit dan dirawat di RS. Wikipedia/Tati Studio

Foto Rima Melati di era 1960-an Sebelumnya sempat beredar kabar jika Rima Melati tengah sakit dan dirawat di RS. Wikipedia/Tati Studio

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Aktris Rima Melati meninggal dunia pada Kamis, 23 Juni 2022 petang di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Rima meninggal dunia usia 84 tahun. Kabar itu diungkapkan menantunya, Marisa Tumbuan.

Publik mengenalnya sebagai salah satu sosok senior di industri hiburan terutama atas andilnya dalam mengembangkan sinema di Indonesia. Bernama asli Maryolien Tambayong, Rima lahir dengan banyak pengaruh seniman termasuk dari ibunya yang merupakan seorang perancang busana Non Kawilarang.

Rima yang belia benar-benar merambah banyak kecakapan mulai dari mendalami peragawati, masuk ke dunia tarik suara, hingga berkarier cukup panjang di industri perfilman. Dalam dunia peragawati, Rima adalah pelopor yang mengenalkan banyak mode fashion baru termasuk yang kebarat-baratan.

Kiprah Rina bisa membuat para perempuan bisa mendobrak stigma dan bisa merasakan kebebasan berekspresi lewat fashion pilihannya. Ia juga membuat grup bernama "The Prof" bersama dengan rekan sejawatnya Sumi Hakim dan Gaby Mambo.

Beralih membahas andilnya di industri tarik suara, kala dirinya masih akrab disapa Lintje Tambayong, Rima dikenal sebagai salah satu anggota grup musik "Baby Doll" yang kemudian namanya diganti oleh Presiden Soekarno menjadi Boneka Dara.

Grup itu menjadi grup favorit pemimpin nomor satu di Indonesia kala itu dan berhasil mencuri perhatian masyarakat sebagai grup musik perempuan populer di Indonesia.

Perjalanan karier perfilman

Rima memulai perjalanannya sebagai aktris dalam film Djuara Sepatu Roda tahun 1958. Tiga tahun kemudian, ia menjalani debut sebagai pemeran utama dalam film Kasih Tak Sampai pada tahun 1961.

Ia berakting dalam sepuluh film pada dua tahun berikutnya, termasuk Djantung Hati (1961), Violetta (1962), dan Kartika Aju (1963). Setelah menyelesaikan perannya dalam film Kunanti Jawabmu (1963), Rima sempat cuti selama beberapa tahun.

Rima Melati kembali berakting pada1969 dengan perannya dalam film Laki-Laki Tak Bernama (1969). Selama dua puluh tahun berikutnya ia eksis lebih dari tujuh puluh film, termasuk debut sutradara Teguh Karya Wadjah Seorang Laki-Laki (1971), debut sutradara Sjumandjaja Lewat Tengah Malam (1971), dan film kolaborasi Indonesia–Belanda Max Havelaar (1975).

Rima memiliki sejumlah prestasi pada bidang akting. Salah satu yang paling mentereng adalah penghargaan Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1973 sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik lewat film Intan Berduri. Di ajang Festival Film Asia Pasifik ke-50, Rima meraih penghargaan Best Supporting Actress lewat film Ungu Violet.

Mengutip laman Film Indonesia, di kesempatan lain Rima juga beberapa kali masuk nominasi Pemeran Pembantu Wanita Terbaik Festival Film Indonesia lewat film Kupu-Kupu Putih (1984), Tinggal Landas buat Kekasih (1985), Pondok Cinta, (1986), Biarkan Bulan Itu (1987) dan Arini II (Biarkan Kereta Itu Lewat) (1989). 

Pada 1989, Wanita kelahiran Tondano, Sulawesi Utara itu mesti jeda dari dunia akting karena divonis terjangkit kanker payudara. Ia kembali bermain film pada 1994, ketika ia muncul di Sesal. Disutradarai oleh rekannya Sophan Sophiaan. Wanita berdarah campuran Minahasa dan Belanda ini terus aktif berakting hingga 2016 dengan Sweet 20 menjadi film terakhirnya. Selama lima dekade, Rima sudah membintangi lebih dari 100 film.

Baca: Rima Melati Meninggal, Penyebabnya Infeksi Punggung yang Menyebar ke Organ Vital

ISTIQOMATUL HAYATI | ANTARA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."