Hasil Riset, Orang Sudah Belanja Keperluan Ramadan 30 Hari Sebelumnya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi belanja online / e-commerce. freepik.com

Ilustrasi belanja online / e-commerce. freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Konsumen Indonesia cenderung melakukan perencanaan belanja keperluan Ramadan sejak satu bulan sebelumnya. Perusahaan riset/survei konsumen Neurosensum menunjukkan data bahwa 43 persen konsumen mulai belanja keperluan Ramadan sejak satu bulan sebelumnya. 17 persen lainnya belanja keperluan Ramadan setelah mendapat tunjangan hari raya dan 15 persen selama bulan puasa. "Ini cukup menarik, bahwa ketika konsumen mau belanja, mereka merencanakan di 1 bulan sebelum Ramadan," katanya Oscar Simamora, Research Manager of Neurosensum dalam JD.ID BI6 Anniversary dikutip pada Kamis 30 Maret 2022.

Dengan data itu, Oscar pun menyarankan agar para penjual keperluan Ramadan sudah mempromosikan dagangannya sejak 1 bulan sebelumnya. "Jadi apa pun yang kita ingin jual sudah bisa dipromosikan dari sekarang," ujar Oscar.

Neurosensum juga menemukan bahwa konsumen memiliki anggaran tersendiri untuk belanja keperluan Ramadan. Selain itu, pengeluaran Ramadan tahun ini diprediksi lebih meningkat dibandingkan pada 2021. Dari penelitiannya, terlihat bahwa orang akan semakin banyak memberikan sumbangan sosial di bulan Ramadan. "Untuk charity sama gifting akan meningkat secara budget di Ramadan. Impact-nya apa buat penjual? Brand harus memberikan kembali kepada konsumen," kata Oscar.

Sementara itu, terjadi pula peningkatan penetrasi konsumen baru di digital hingga 72 persen sejak awal pandemi. Platform belanja online juga masih mendominasi kegiatan berbelanja konsumen. Ia memprediksi bahwa ada indikasi posisi e-commerce akan semakin semakin sering digunakan di dunia digital ini.

Oscar pun menambahkan bahwa pada momen Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas, terjadi peningkatan transaksi belanja online hingga 135 persen. Hal itu terjadi tidak hanya di kota-kota besar melainkan juga di pelosok luar Jawa dan Bali. Tren kenaikan transaksi belanja itu pun diiringi dengan kenaikan pengguna atau konsumen baru sebesar 164 persen.

Oscar pun menjelaskan bahwa dari hasil surveinya, para konsumen ternyata lebih suka memiliki toko yang sudah mendapatkan peringkat dan ulasan baik saat belanja. "Dari sini kita dapat menarik kesimpulan pentingnya membangun kepercayaan publik secara konsisten terhadap layanan yang diberikan perusahaan e-commerce," kata Oscar.

Tak hanya itu, konsumen juga lebih mencari penjual yang menyediakan layanan pengiriman instan. Di internet, bahkan pencarian kata pengiriman instan naik hingga 700 persen. Oscar pun menambahkan bahwa platform belanja online yang menyediakan fitur bayar nanti atau paylater lebih diminati oleh konsumen. "Dalam paylater, ini berkembang sejak pandemi. Ini akan menjadi tren di era sekarang," kata Oscar.

Baca: Gaya Cinta Laura saat Belanja Online, Numpuk Barang di Keranjang

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."