Gangguan Retina Bisa Akibatkan Kebutaan, Ini Masalah Retina yang Umum Terjadi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi mata sipit. Shutterstock

Ilustrasi mata sipit. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Retina, jaringan saraf di bagian belakang bola mata, berperan sangat penting dalam proses melihat. Retina memiliki fungsi menerima dan mengolah cahaya yang masuk ke mata kemudian meneruskannya ke otak untuk diterjemahkan. Oleh karena itu, gangguan retina harus ditanggapi serius karena dapat berpotensi mengganggu penglihatan secara permanen alias kebutaan.

Meski belum ada data pendukung secara nasional, kejadian gangguan fungsi pada retina di tengah masyarakat perlu menjadi kekhawatiran bersama karena menjadi ancaman kebutaan yang perlu diwaspadai. Data jumlah operasi terkait gangguan retina di JEC Eye Hospitals & Clinics sepanjang 3 tahun terakhir bahkan mencapai 10 ribu tindakan. Beberapa jenis gangguan retina yang kerap ditemukan di Indonesia, antara lain: Retinopathy Diabetic, Age-related Macular Degeneration (AMD) Degenerasi Makula, Ablasio Retina dan Retinoblastoma.

Yang terkini Ketua Vitreo-Retina Service dan Dokter Spesialis Mata Subspesialis Vitreo-Retina JEC Eye Hospitals & Clinics Elvioza meneliti soal ablasio retina yang tertuang dalam disertasi berjudul “Perbandingan Proses Penuaan Cairan Vitreus pada Pasien Ablasio Retina Regmatogen Usia Muda dengan Miopia Aksial dan Pasien Ablasio Retina Usia Lanjut Tanpa Miopia”.

Ablasio retina regmatogen atau rhegmatogenous retinal detachment/RRD merupakan kondisi lepasnya lapisan retina yang diakibatkan oleh lubang atau robekan pada retina. Kegawatdaruratan pada organ mata ini berpotensi menyebabkan kebutaan. Risikonya semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Meski demikian, penderita miopia berusia muda ternyata memiliki risiko yang lebih tinggi terserang RRD.

Konferensi Pers “Perbandingan Proses Penuaan Cairan Vitreus pada Pasien Ablasio Retina Regmatogen Usia Muda dengan Miopia Aksial dan Pasien Ablasio Retina Usia Lanjut Tanpa Miopia” pada 11 Maret 2022/JEC

“Penelitian yang saya gagas ini bertujuan membandingkan proses penuaan dini pada vitreus pasien RRD berusia muda yang menderita miopia dengan pasien RRD usia lanjut tanpa miopia. Vitreus merupakan bagian berstruktur seperti jeli di dalam organ mata yang berfungsi mempertahankan bentuk mata dan menahan retina. Semoga penelitian ini memberikan informasi mengenai tatalaksana ablasio retina regmatogen yang tepat sehingga diharapkan tercapai hasil terapi yang optimal,” kata Elvioza dalam keterangan pers Jumat 11 Maret 2022.

Penelitian telah berlangsung selama Maret 2020 hingga Agustus 2020 dengan melibatkan 40 subjek. Sementara, pemaparannya telah berlangsung hari ini secara virtual pada Ujian Terbuka, Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penjabaran secara rasional, sistematis dan empiris berhasil mengantarkan Dr. Elvioza, SpM(K)meraih gelar Doktor.

Memahami fungsi krusial retina dan mengakomodir kebutuhan masyarakat terhadap penanganan retina secara menyeluruh, JEC Eye Hospitals & Clinics menghadirkan JEC Vitreo-Retina Service sejak 1984 (dari awal perusahaan berdiri). Diperkuat teknologi diagnostik hingga tindakan operasi termutakhir, JEC Vitreo-Retina Service ini bukan hanya sentra pelayanan spesialisasi retina yang lengkap di Asia Tenggara.

Peralatan diagnostik retina yang ditawarkan JEC Vitreo-Retina Service meliputi wide-field fundus photography, swept source dan spectral domain optical coherence tomography (OCT), OCT angiografi, ultrasonografi mata, Fundus Angiography (FA), ICG, dan Retinometri. Dengan pemeriksaan lengkap, diagnosis kondisi retina akan menjadi lebih akurat dan dokter dapat menentukan opsi pengobatan yang tepat.

Dari segi keterjangkauan akses, layanan JEC Vitreo-Retina Service tersedia di seluruh 13 cabang JEC Eye Hospitals yang tersebar di 8 kota. Tidak tersentralisasi di DKI Jakarta, tetapi sampai Jawa Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan. Artinya, masyarakat di berbagai wilayah Indonesia bisa mendapatkan penanganan retina bertaraf internasional dengan lebih mudah. Bahkan, JEC melalui salah satu cabangnya, yakni RS Mata JEC-Primasana @ Tanjung Priok, merupakan satu-satunya rumah sakit swasta yang menangani pasien gangguan retina dengan BPJS dalam jumlah yang besar. Dari total 10 ribu tindakan dalam 3 tahun terakhir, sekitar 35 persennya dilakukan di RS Mata JEC-Primasana @ Tanjung Priok.


Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."