Chanel Luncurkan Produk Skincare No.1, Kandungan Utamanya Bunga Camellia

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Chanel merilis lini produk perawatan kulit No.1 yang diklaim berbahan alami dan berkelanjutan (chanel.com)

Chanel merilis lini produk perawatan kulit No.1 yang diklaim berbahan alami dan berkelanjutan (chanel.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Awal tahun 2022, Chanel meluncurkan lini produk kecantikan dan perawatan kulit atau skincare bernama No.1. Produk tersebut diklaim dibuat dengan bahan-bahan alami dan berkelanjutan.

Dalam laman resminya, merek ini mencantumkan bahwa produk tata rias mereka menggunakan 97 persen bahan alami dengan kandungan utama bunga camellia. Bunga camellia adalah bunga yang menjadi ikon Gabrielle Chanel selaku pendiri rumah mode mewah ini.

Produk kecantikan ini menggunakan bahan yang 76 persen berasal dari turunan bunga camellia seperti kelopak, biji dan serbuk sari. Dikutip dari laman WWD pada Kamis, merek ini menjelaskan bahwa bunga camellia dipilih karena kemampuannya untuk meningkatkan kekuatan lapisan atas kulit dan mempertahankan penampilan awet mudanya.

Chanel memiliki ladang camellia sendiri, di mana metode budidaya agro-ekologis digunakan dengan penelitian di laboratorium penelitian yang berbasis di Gaujacq, di barat daya Prancis. Di laboratoriom itu, bunga camellia dibuat menjadi minyak yang kaya akan asam protocatechuic dan antioksidan yang digunakan sebagai bahan dasar dalam lini perawatan kulit ini.

Molekul dalam minyak itu dikatakan membantu meningkatkan pertahanan kulit sambil memperlambat dehidrasi dan membuatnya tampak muda dan mengurangi permasalahan pada kulit seperti garis halus dan kerutan, pori besar, hilangnya elastisitas, dan kulit kusam serta kering.

“Ini adalah keahlian baru kami yang sekarang banyak dipelajari di dunia kedokteran dan bahan ini tidak banyak digunakan di dunia kosmetik,” jelas Armelle Souraud, direktur komunikasi ilmiah internasional Chanel.

Di bagian tata rias, lini No.1 meluncurkan foundation atau alas bedak dengan kemampuan untuk mencerahkan, melembapkan, dan melindungi. Kemudian ada pelembap bibir dan pipi yang mengandung minyak camellia merah dan lilin yang berasal dari tumbuhan.

Di Amerika Serikat, produk ini dibanderol senilai 45 dolar atau sekira Rp649 ribu.

No.1 bukanlah nama baru untuk produk Chanel selain mode. Gabrielle Chanel meluncurkan wewangian No.1 Mademoiselle Chanel pada tahun 1940-an, tetapi rumah mode tersebut mengatakan bahwa lini kecantikan baru ini tidak terkait dengan produk sebelumnya. Sebaliknya, rumah mode ini memilih No.1 karena sesuai dengan kecenderungan pendiri untuk menomori produknya.

Keberlanjutan diklaim menjadi sangat penting selama konsepsi koleksi No.1. Chanel mengintegrasikan cangkang benih pelindung bunga kamelia ke dalam tutup stoples krimnya, yang juga mencakup bahan-bahan yang bersumber dari hayati dan terbarukan, serta serutan kayu bersertifikat FSC.

Setiap tutup produk di lini berisi bahan daur ulang atau bersumber dari hayati. Seluruh kemasan produk dirancang ramah lingkungan, dengan berat toples dan botol berkurang rata-rata 30 persen dibandingkan wadah tradisional, dan hingga 50 persen untuk toples kaca krim, yang dapat diisi ulang.

Delapan puluh persen kemasannya terbuat dari kaca, yang sangat dapat didaur ulang. Penggunaan plastik – terutama sekali pakai – dibatasi, tulis rumah mode itu dalam siaran persnya. Tidak ada selofan atau selebaran kertas yang digunakan, sedangkan tinta organik digunakan pada botol kaca.

Tidak ada bahan kimia yang digunakan dalam menumbuhkan bunga camelia dan bahan organik lainnya, sehingga produk ini diklaim sangat menerapkan praktik berkelanjutan.

Selama beberapa tahun terakhir, Chanel menggunakan kriteria evaluasi lingkungan dalam desain produknya. Prioritasnya adalah membuat formula dari bahan baku yang memperhatikan lingkungan dan bersumber secara berkelanjutan dengan presentase yang tinggi.

 
Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."