Telemedisin Diyakini Tetap Jadi Primadona Setelah Pandemi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi telemedis. Shutterstock

Ilustrasi telemedis. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Daeng M. Faqih berpendapat layanan kesehatan berbasis teknologi seperti telemedisin akan tetap menjadi primadona dan tentunya dimanfaatkan masyarakat bahkan saat pandemi COVID-19 usai. “Tetapi kami percaya (teknologi kesehatan semisal telemedisin) ini tidak hanya bermanfaat dan dimanfaatkan saat pandemi. Di luar pandemi, kami berharap bisa terus didorong,” kata dia dalam sebuah diskusi diskusi virtual dalam rangka Hari Dokter Nasionalpada Jumat 22 Oktober 2021.

Di sisi lain, Daeng meyakini dalam waktu 3-5 tahun ke depan, telemedis menjadi pilihan dokter dan tenaga kesehatan secara umum untuk berkontribusi memberikan layanan kesehatan lebih cepat dengan jangkauan lebih luas dan mutu lebih baik.

Diskusi Hari Dokter Nasional oleh Halodoc pada 22 Oktober 2021 /Halodoc

Tetapi, hal ini tidak berarti menjadikan teknologi menjadi ancaman bagi praktik konvensional. Dia mendorong dibentuknya ekosistem layanan kesehatan yang baik, sehingga terwujudlah sebuah bentuk pelayanan terbaik baik bagi penyedia maupun masyarakat termasuk di wilayah Timur Indonesia. “Wilayah kita luas, akses pelayanan kesehatan harus dibuka selebar-lebanya karena masih ada daerah-daerah tertentu yang mungkin fasilitas pelayanan fisik masih terbatas terutama wilayah Timur. Tantangan kita ini untuk perluas akses telemedis menjadi suatu hal penting,” kata Daeng.

Di masa pandemi COVID-19 saat ini, teknologi membantu tenaga kesehatan untuk memberikan pendampingan dan pengarahan pada masyarakat dan karenanya pelayanan kesehatan saat pandemi tetap berjalan.

Pada mereka yang menjalani isolasi mandiri misalnya. Telemedisin berperan mendampingi pasien agar melakukan hal tepat mulai dari obat yang perlu diminum, kegiatan yang sebaiknya dilakukan hingga tanda bila harus melakukan pemeriksaan lanjutan. “Kalau tidak didampingi, (isolasi mandiri) tidak bisa dilakukan dengan baik oleh masyarakat. Kami khawatirkan terjadi angka kematian, karena sudah perawatan kurang baik, bisa jadi sudah kondisi darurat tidak tahu kapan harus ke rumah sakit,” kata Daeng.

Sependapat dengan Daeng, CBO & Co-Founder Halodoc, Doddy Lukito mengatakan, dari sisi dokter, hadirnya teknologi memberikan akses bagi mereka melayani pasien di seluruh Indonesia, bahkan orang Indonesia di luar negeri selama mereka mendapatkan akses internet.

Sementara dari sisi pasien, teknologi memudahkan mereka berkonsultasi dengan dokter dan tenaga kesehatan secara umum selama 24 jam. Akses mereka juga lebih luas khususnya bagi yang tinggal di wilayah dengan infrastruktur layanan kesehatan fisik belum memadai. “Cukup gunakan smartphone dan internet sudah bisa mendapatkan pelayanan kesehatan lewat teknologi,” kata Doddy.

Baca: 11 Platform Telemedicine Gratis bagi Pasien Covid-19 yang Jalani Isolasi Mandiri

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."