Viral Polemik Batik, Miss World Malaysia Lavanya Sivaji Meminta Maaf

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Miss World asal Malaysia Lavanya Sivaji mengklaim bahwa Batik berasal dari Indonesia/Foto: Instagram/Lavanya Sivaji

Miss World asal Malaysia Lavanya Sivaji mengklaim bahwa Batik berasal dari Indonesia/Foto: Instagram/Lavanya Sivaji

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perdebatan mengenai Batik kembali mewarnai lini masa media sosial. Polemik tersebut muncul Miss World asal Malaysia, Lavanya Sivaji mengunggah fotonya di Instagram dalam balutan Batik.

Tak urung, ia pun menuai hujatan dari warganet khususnya Indonesia usai membuat pernyataan kontroversi. Musababnya ia mengklaim bahwa Batik berasal dari negaranya, Malaysia.  

Dengan cepat, akun media sosialnya dibanjiri cibiran dan hujatan dari warganet Indonesia. Mereka tidak terima dan menuntut agar pernyataannya itu diperbaiki. Miss World itu pun akhirnya menuliskan permintaan maaf terkait pernyataannya tersebut.

Usai dibanjiri hujatan dan sindiran, Miss World Malaysia, Lavanya Sivaji kemudian memberikan klarifikasinya atas pernyataan yang menuai kontroversi itu.

Ia menuliskan permintaan maaf dan menyebut bahwa telah menyinggung banyak orang khususnya warga Indonesia. Lavanya mengatakan jika ia bangga memakai Batik. Ia juga mengubah caption pada foto sebelumnya dan menghapus tulisan Batik berasal dari Malaysia.

Halo semuanya! untuk semua penggemar kontestan kecantikan khususnya dari Indonesia, pertama, saya ingin minta maaf jika banyak orang tersinggung lewat postingan saya, saya mengetahui bahwa Batik berasal dari Jawa dari desain dan sejarahnya,” tulis Lavanya.

Tak berhenti sampai di situ, ia juga mengatakan jika memang ada beberapa bagian negara yang juga mempraktekkan elemen budaya termasuk Malaysia, Sri Lanka, India dengan desain dan motif mereka masing-masing, Baik itu Malaysia, Indonesia dan beberapa negara lainnya.

"Saya selalu bangga memakai Batik, dan saya berterima kasih kepada siapapun yang mengingatkan saya terhadap akar, budaya dan tradisi kita semua,” sambung Lavanya Sivaji.

Berbicara mengenai batik, bila mengutip dari penelitian karya Anindito Prasetyo bertajuk Batik Karya Agung Warisan Budaya Dunia, disebutkan jika di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat popular akhir abad XVII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis
sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia 1 atau sekitar tahun 1920-an.

Memasuki zaman kemerdekaan, batik pun memasuki babak baru dalam perkembangannya dalam mengikuti suasana. Pada saat itulah, muncul istilah batik Djawa Baroe. Batik Djawa Baroe itu merupakan evolusi dari batik Jawa Hokokai, dimana motifnya masih menyertakan unsur-unsur ornamen batik klasik yang berasal dari keraton dan hiasan bunga-bunga dalam ornamen modern.

Batik di Indonesia merupakan suatu keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, dan ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan Non-Benda sejak Oktober 2009 oleh UNESCO.

Berdasarkan etimologi dan terminologinya, batik merupakan kata “mbat”dan “tik”. Mbat dalam bahasa Jawa diartikan sebagai ngembat atau melempar berkali – kali, sedangkan tik berasal dari kata titik. Jadi, membatik berarti melempar titik-titik berkali-kali pada kain.

Selain itu, batik juga berasal dari kata mbat yang merupakan kependekan dari kata membuat, sedangkan tik adalah titik. Ada juga yang berpendapat bahwa batik berasal dari gabungan dua kata bahsa Jawa amba yang bermakna menulis dan titik yang bermakna titik.

Baca: Tampil di Milan Fashion Week 2021, JYK Hadirkan Batik Durian Bergaya Punk 70-an

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."