Kain Ulos Lebih dari Warisan Budaya, Kuatkan Pemberdayaan Penenun Perempuan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Lestarikan warisan tenun Batak (ulos) sebagai warisan budaya/Foto: PT Toba Tenun Sejahtra

Lestarikan warisan tenun Batak (ulos) sebagai warisan budaya/Foto: PT Toba Tenun Sejahtra

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Indonesia dianugerahi kekayaan budaya yang begitu beragam, salah satunya wastra nusantara. Istilah wastra sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang memiliki arti sehelai kain. Setiap wastra memiliki motif, pola, dan warna yang berbeda antara satu dan lainnya serta memiliki filosofi dan cerita yang mendalam.

Daerah Batak Toba pun memiliki wastra tersendiri, yang dikenal dengan nama Ulos. Sayangnya, popularitas Ulos masih ada di bawah Batik dan Tenun Ikat Sumba untuk level nasional dan internasional.

Founder dan CEO PT Toba Tenun Sejahtra Kerri Na Basaria mengatakan ulos merupakan warisan budaya bersejarah yang memiliki filosofi kehidupan mendalam dan erat kaitannya dengan keseharian masyarakat Batak.

Menyadari potensi Ulos yang besar untuk dipasarkan di level nasional dan internasional, PT Toba Tenun Sejahtra berupaya untuk melakukan berbagai program kerja yang mencakup antara lain pelestarian budaya, pelatihan, dan pendidikan perajin, serta pengembangan komunitas dan perempuan.

"Kami juga bekerja sama dengan lembaga pelatihan dan instruktur untuk membekali partonun agar dapat meningkatkan kompetensi mereka, baik dari sisi teknis maupun penciptaan desain. Sehingga kain Ulos tidak hanya bernilai budaya tetapi juga dapat memberikan dampak secara ekonomi dan sosial, menambah kekuatan industri kreatif dan seni Indonesia," ucapnya pada konferensi pers daring bertajuk “Revitalisasi Budaya & Perkuat Ekosistem Kain Ulos”, Jumat 24 September 2021.

Lestarikan warisan tenun Batak (ulos) sebagai warisan budaya/Foto: PT Toba Tenun Sejahtra

Lebih dari itu, dalam menjalankan model bisnisnya memiliki dua pilar utama yang fokus terhadap nilai sosial dan juga bisnis yang seimbang untuk dapat menghasilkan produk berkualitas ramah lingkungan yang tidak hanya memberikan nilai lebih kepada konsumen tetapi juga mendatangkan keuntungan bagi artisan yaitu para perajin kami yang biasa disebut Partonun.

Tenun memang tidak dapat dilepaskan dari peran penenun yang mayoritas adalah perempuan. Partonun (penenun) perempuan merupakan sumber daya manusia utama untuk menghasilkan tenun berkualitas. Partonun adalah penjaga budaya yang bekerja demi kelangsungan warisan budaya, menjaga filosofi hidup orang Batak, serta kemahiran tradisional.

Tenun tradisional adalah salah satu bidang di mana pengetahuan berharga diwariskan dari para ibu ke anak-anak perempuan mereka secara turun-temurun. Dan saat ini, sektor tenun tradisional ini bertahan berkat generasi perempuan muda Indonesia yang dinamis, yang memadukan kreativitas artistik dengan keterampilan bisnis.

Memahami pentingnya peran partonun dalam ekosistem Ulos, PT Toba Tenun Sejahtra konsisten memberdayakan Partonun untuk dapat meningkatkan potensi dan keterampilan diri sehingga dapat semakin kuat dalam menjaga, mewariskan dan melestarikan Ulos yang berkualitas dan memiliki filosofi penuh makna.

Selain memfasilitasi para partonun untuk mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan, PT Toba Tenun Sejahtra juga memberikan dukungan dan pendampingan lewat Jabu Bonang serta memberikan solusi kepada para partonun yang memiliki banyak tantangan di lapangan seperti kurangnya akses terhadap bahan baku, rumitnya pemasaran, hingga kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang kerap dialami para partonun.

Peran PT Toba Tenun Sejahtra terhadap peningkatan kompetensi dan kualitas hidup partonun pun turut dirasakan Denita Manihuruk, Mitra Partonun & Champion Jabu Bonang mengatakan menjadi mitra partonun membuka banyak jalan untuk kehidupan yang lebih baik.

Tidak hanya menambah keahlian tetapi juga pengetahuan holistik yang berhubungan erat dengan kehidupan partonun seperti gerakan fisioterapi sederhana dan kesehatan reproduksi. Tentunya fasilitas dan pendampingan yang berkelanjutan ini sangat membantu para perajin untuk meningkatkan kemampuan baik menjadi penenun maupun kewirausahaan.

"Besar harapan agar semakin banyak partonun mendapatkan kesempatan yang sama seperti yang saya dapatkan sehingga nantinya ekosistem tenun semakin besar, kuat, dan berkualitas dan berdampak kepada peningkatan perekonomian hidup kami," ucapnya.

Hingga akhir tahun 2021 sekaligus menyambut Hari Ibu Nasional, PT Toba Tenun Sejahtra akan melakukan rangkaian aktivitas untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap warisan kain wastra nusantara, khususnya tenun dan ekosistem artisan yang terlibat dibaliknya yang didominasi oleh perempuan.

“Kami di PT Toba Tenun Sejahtra optimis melalui berbagai program yang kami lakukan bersama mitra stretegis lainnya dapat membuka kesadaran publik mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan wastra nusantara, khususnya wastra Batak. Kami harap upaya yang kami lakukan juga dapat memberikan dampak positif bagi keseluruhan ekosistem tenun dan menjadi bagian dari peningkatan perekonomian daerah maupun nasional.” Tutup Kerri Na Basaria Pandjaitan.

Di bulan September akan ada kegiatan lomba selendang tenun di wilayah mitra artisan tenun Jabu Bonang. Di bulan Oktober akan terdapat lelang amal selendang tenun dan peluncuran kalendar Heritage 2022. Sementara itu, di bulan November PT Toba Tenun Sejahtra akan mengadakan webinar bertajuk From Heritage to Legacy serta kegiatan Heritage Goes to School yang bertujuan memberikan literasi budaya khususnya budaya Batak kepada masyarakat.

Rangkaian acara akan ditutup di bulan Desember, dengan dua kegiatan yaitu kegiatan papsmear bagi perempuan para mitra partonun Jabu Bonang dan pengadaan seminar untuk Partonun sebagai upaya PT Toba Tenun Sejahtra untuk meningkatkan literasi kesehatan perempuan dan literasi budaya bagi para artisannya.

Baca: Mengulik Makna di Balik Ragam Motif di Kain Ulos

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."