Rumah Tangga Penuh Masalah dan Ingin Bercerai? Simak 7 Tips Berikut Ini

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi putus cinta. shutterstock.com

Ilustrasi putus cinta. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dalam membangun rumah tangga, sikap tidak menghormati pasangan, perilaku mengejek, humor kejam, dingin, meremehkan, merendahkan, sarkasme, menyebut nama tidak sopan, memutar mata dan mencibir semua itu adalah perilaku penghinaan pada pasangan yang sering terjadi tanpa disadari.

Dilansir dari womensweekly, Selasa 27 Juli 2021 Psikolog konseling di LifeWorks, Sue Pratt mengatakan jika dalam hubungan rumah tangga perlu didasarkan pada hubungan penuh kehangatan dan bahasa yang penuh perhatian dan lembut. "Penghinaan akan menghancurkan hal-hal itu, ”katanya.

Penghinaan biasanya disertai oleh pasangan yang menjadi kritis dan defensif, sehingga memicu trigger ingin bercerai. Ini juga dapat berasal dari rasa kekuasaan dan hak, atau digunakan untuk mendapatkan kendali atas seseorang atau situasi. Saat berada dalam hubungan dengan pasangan yang sering menghina akan membuatnya lebih rendah diri karena dipermalukan.

Setiap ide, perasaan dan kebutuhan yang Anda ungkapkan akan diejek atau diminimalkan. Penghinaan memiliki efek yang menghancurkan pada suatu hubungan bahkan memicu perceraian, maka begitu Anda mengenalinya harus menghentikannya.

Berikut adalah tujuh cara untuk mencegah perceraian karena munculnya rasa penghinaan dalam hubungan:

1. Pilih momen

Ketika satu orang menerima penghinaan, dan akhirnya marah, akan memicu kedua orang itu marah, terluka, saling memaki dan berujung stres. Perhatikan reaksi fisik dan ketegangan di tubuh pasangan Anda. Diperlukan waktu 20 menit bagi tubuh untuk menenangkan diri dan kembali ke keadaan tenang. Setelah tenang, Anda baru bisa mencoba untuk bicara lagi.

2. Pikirkan tentang perasaan di baliknya

Dengarkan perasaan jika Anda dihinda oleh pasangan. Seringkali di balik penghinaan itu ada ketakutan. Apakah pasanganmu takut sekarang? Bayangkan apa yang mereka rasakan. Melangkah ke dalam pengalaman orang lain adalah penangkal yang bagus untuk penghinaan.

3. Bertanggung jawab

Orang yang menunjukkan penghinaan harus bertanggung jawab atas perilaku mereka. Beri tahu pasangan bahwa Anda tidak menyadari betapa berbahayanya perilaku tersebut dan benar-benar menyesal. Dan kemudian jelaskan apa yang sebenarnya Anda coba ungkapkan kepada pasangan Anda. Banyak orang yang menerima penghinaan tidak ingin meninggalkan hubungan. Mereka hanya ingin argumentasi itu berhenti.

4. Hilangkan emosi

Cobalah bernapas dalam-dalam dan relaksasi otot progresif di mana Anda menegangkan otot dan kemudian mengendurkannya. Mulailah dengan masing-masing tangan dan lengan dan secara bertahap bergerak melalui tubuh dari kepala dan bahu ke dada, pinggul, bokong, kaki dan kaki. Kencangkan dan kepalkan lalu rileks.

5. Bangun kesukaan dan kekaguman

Pakar hubungan yang berbasis di AS, Dr John Gottman menyarankan jika membicarakan masa-masa yang lebih bahagia di masa lalu dapat membantu pasangan terhubung kembali dengan kasih sayang. Jadi, ketika rasa jijik dan kesal muncul pada pasangan, luangkan waktu untuk mengingat bagaimana dan mengapa Anda menjadi pasangan. Pikirkan tentang kesan pertama Anda satu sama lain, ingat kencan pertama Anda, bagaimana Anda memutuskan ingin bersama, dan momen apa yang paling membahagiakan dalam hubungan Anda.

6. Saling menerima perbedaan

Tidak apa-apa bagi pasangan untuk berpikir dan merasa berbeda dengan menerima bahwa tidak ada yang benar atau salah. 7. Berubah Dalam membina rumah tangga membutuhkan daya tahan yang kuat dari kedua pihak. Suami dan istri perlu belajar cara untuk berbicara dengan hormat tentang kebutuhan mereka dan bersiap untuk mendengarkan satu sama lain.

Kesadaran adalah langkah pertama untuk berubah. Anda tidak dapat berubah sampai menyadari apa yang telah dilakukan dan melihat dampaknya pada pasangan, hubungan, dan diri Anda sendiri.

Baca:Tiga Tips Dasar Co-Parenting bagi Orang Tua yang Bercerai

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."