Baru Vaksin Covid-19 Lalu Mau Imunisasi Lain, Sebaiknya Jeda 1 Bulan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Sejumlah anak dan remaja mengantre di meja pemeriksaan kesehatan sebelum mendapat vaksin COVID-19 dosis pertama di Kesdam/IX Udayana, Denpasar, Bali, Jumat, 2 Juli 2021. Johannes P. Christo

Sejumlah anak dan remaja mengantre di meja pemeriksaan kesehatan sebelum mendapat vaksin COVID-19 dosis pertama di Kesdam/IX Udayana, Denpasar, Bali, Jumat, 2 Juli 2021. Johannes P. Christo

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Imunisasi banyak dilakukan anak balita. Namun sebenarnya, ada pula imunisasi untuk remaja. Salah satunya adalah imunisasi hpv untuk perempuan minimal usia 15 tahun. Nah, bagaimana bila ada remaja perempuan yang baru melakukan imunisasi, namun mau mengikuti vaksin Covid-19?

Dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ellen Wijaya menjelaskan boleh saja remaja mengikuti vaksinasi Covid-19 setelah melakukan vaksinasi hpv. Namun ia menyarankan agar remaja itu memberikan jeda selama 1 bulan antara imunisasi hpv atau imunisasi lainnya dengan pemberian vaksin Covid-19. Harapannya, kekebalan tubuh anak bisa tumbuh optimal.

Hal itu juga berdasarkan sejumlah rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait anak usia 12-17 tahun yang akan mendapatkan vaksin COVID-19. "Kita baru diberikan vaksin COVID-19. Antigen masuk ke dalam tubuh. Tubuh sedang memberikan respon dengan membentuk antibodi supaya bisa memberikan kekebalan terhadap SARS-CoV-2. Saat itu, kalau tubuh diberikan imunisasi lainnya, nanti kekebalan yang diusahakan untuk SARS-CoV-2 tidak menjadi optimal," ujar dokter Ellen Wijaya dalam webinar kesehatan, Rabu.
vaksinasi keliling DKI juga melayani anak-anak

Tubuh perlu dibiarkan membentuk antibodi secara optimal setelah mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 dengan jarak minimal satu bulan dengan pemberian imunisasi lainnya.

Sebenarnya, menurut Ellen yang berpraktik di RS Pondok Indah - Puri Indah itu, ketentuan serupa juga berlaku untuk vaksin lain semisal Hepatitis B dan HPV.

Ellen menyarankan agar anak yang akan divaksin COVID-19 tidak mengalami imunodefisiensi, kanker darah yang menjalani kemoterapi, mendapatkan steroid dosis tinggi, sembuh dari COVID-19 kurang dari 3 bulan, memiliki penyakit Sindrom Gullian Barre, mielitis transversa dan acute demyelinating encephalomyelitis.

Kemudian, terkait persiapan sebelum anak divaksin Covid-19, sebaiknya orang tua memastikan kondisi mereka sehat, tidak demam (di atas 37,5 derajat Celcius), beristirahat cukup, tidak memiliki komorbid tertentu. "Orang tua bisa mengkomunikasikan pada anak misalnya manfaat divaksin, lokasi suntikan, kondisi yang bisa terjadi usai divaksin semisal nyeri di area bekas suntikan dan sebagainya, tidur cukup, anak dalam kondisi sehat," kata Ellen.

Baca: Bolehkah Penyintas Kanker Ovarium Divaksin Covid-19?

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."