Ulang Tahun Jakarta ke-494, Ini Cerita 2 UMKM yang Bangga Produk Budaya Betawi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ukrumah Suda percaya bahwa kerajinan tangan khas Indonesia bisa menjadi penghasilan dan menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat. Ini menjadi inspirasi di balik berdirinya CariSouvenir pada 2014/Tokopedia

Ukrumah Suda percaya bahwa kerajinan tangan khas Indonesia bisa menjadi penghasilan dan menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat. Ini menjadi inspirasi di balik berdirinya CariSouvenir pada 2014/Tokopedia

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pandemi Covid-19 membawa berbagai industri di tanah air ke dalam keterpurukan. Namun tidak sedikit yang berjuang untuk bertahan dengan meningkatkan rasa bangga buatan Indonesia. Dalam rangka Hari Ulang Tahun Jakarta Ke-494, berikut dua kisah inspiratif UMKM lokal yang berhasil mempertahankan budaya Betawi melalui bisnis daring dan produknya.

Pertama, Thekla Odelia Caramia menempuh ilmu pendidikan desain dan fashion yang dipelajari di Amerika, dan pada 2017 ia kembali ke Indonesia untuk mendirikan usahanya yang bernama Tioria by Caramia. Ia fokus menghasilkan berbagai macam produk fashion dengan tema kekayaan budaya Indonesia, salah satunya budaya Betawi.

Caramia menciptakan produk sesuai dengan tren fashion saat ini, seperti baju tidur, scarf, tote bag, hingga masker. “Semua produk kami desain sendiri dengan mengangkat tema budaya yang unik, mulai dari moda transportasi, tempat wisata, hingga ondel-ondel sebagai ikon Jakarta. Warna-warna cerah pun selalu kami gunakan sebagai ciri khas produk kami,” kata Caramia dalam konferensi pers virtual bertajuk Nyok Kite Lestarikan Budaya Betawi lewat Karya UMKM Lokal pada 22 Juni 2021.

Berbekal pendidikan desain dan fashion di Amerika, Thekla Odelia Caramia kembali ke Indonesia untuk mendirikan usaha Tioria by Caramia pada 2017 yang menghasilkan beragam produk fashion dengan tema kekayaan budaya Indonesia, termasuk budaya Betawi/Tokopedia

Untuk meningkatkan penjualannya, Caramia pun menggunakan platform digital. Menurutnya, 60 persen hasil penjualannya berasal dari Tokopedia dan jumlah itu meningkat 3 kali lipat dalam masa pandemi. Di hari ulang tahun kota Jakarta tahun ini, Caramia berharap semakin banyak anak muda yang bangga menggunakan produk lokal, sekaligus ikut dalam melestarikan budaya khas Betawi agar tidak punah.

Kedua, Ukrumah Suda yakin bahwa kerajinan tangan khas Indonesia dapat menjadi sumber penghasilan dan menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat. Hal inilah yang menjadi inspirasi di balik berdirinya CariSouvenir pada 2014, di mana ia menggandeng pengrajin lokal dari berbagai wilayah di Jawa, termasuk dari Yogyakarta, Pekalongan, Jepara, hingga Bali. “Melalui CariSouvenir, kami memproduksi sendiri berbagai produk suvenir termasuk ondel-ondel, mulai dalam varian boneka kayu, magnet kulkas, gantungan kunci, hingga alat musik Karimba. Bahan kayu dan cat yang kami gunakan pun legal dan ramah lingkungan,” katanya.

Selain melakukan inovasi produk secara berkala, Ukrumah juga menggunakan platform digital untuk membantu memasarkan produknya. Ia mengaku bahwa platform digital membantu CariSouvenir bisa diketahui dan dikenal oleh lebih banyak masyarakat, termasuk dari Yogyakarta, Jawa Timur, Batam, Aceh, Balikpapan, Bali, hingga Gorontalo. Tak tanggung-tanggung, pendapatannya saat ini sebesar Rp 60 juta.

Penjualan produk lokal memang terus meningkat di Tokopedia khususnya selama kampanye Bangga Buatan Indonesia pada awal Mei 2021 lalu. External Communications Senior Lead Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya mengatakan transaksi UMKM makanan dan minuman meningkat lebih dari 2 kali lipat. Bahkan transaksi UMKM fashion meningkat lebih dari 6 kali lipat. “Memperingati HUT ke-494 DKI Jakarta, Tokopedia mencatat asinan sayur Betawi, bumbu soto Betawi dan celana batik harian Betawi menjadi produk khas Betawi yang paling dicari masyarakat selama 2020,” kata Ekhel Chandra Wijaya.

NATHASYA ESTRELLA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."