Omron Meluncurkan Nebulizer Khusus Bayi dan Anak-anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Anak memakai nebulizer. Dok. Omron Healthcare Indonesia

Anak memakai nebulizer. Dok. Omron Healthcare Indonesia

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Omron Healthcare Indonesia meluncurkan dua alat terapi pernapasan atau nebulizer bayi dan anak-anak. Direktur Omron Healthcare Indonesia, Tomoaki Watanabe mengatakan nebulizer ini akan menunjang perawatan di rumah bagi anak dengan asma atau masalah pernapasan.

"Orang tua dan anak akan merasa aman dan nyaman karena menggunakan nebulizer pribadi yang didesain khusus untuk bayi usia 0 sampai 5 tahun," kata Tomoaki. Perangkat nebulizer Omron NE-C106 dan Omron Duo Baby NE-C301 ini membantu melegakan hidung tersumbat dan saluran pernapasan atas dan bawah. "Perangkat ini juga bisa digunakan oleh anggota keluarga lain yang mengalami masalah pernapasan."

Tomoaki menjelaskan aspirator hidung melegakan hidung bayi yang tersumbat dan membantu melegakan jalan napas. Di dalamnya terdapat Venturi Effect yang berfungsi mengumpulkan seluruh kotoran hidung di wadah khusus yang dapat dicuci. Dengan begitu, aspirator tetap higienis tanpa membutuhkan filter antibakteri. Aspirator ini juga memungkinkan pemberian obat-obatan dengan mudah karena anak hanya perlu duduk dan menghirup uap melalui masker.

Penggunaan nebulizer pada bayi. Dok. Omron Healthcare Indonesia

Seperti diketahui, berbagai masalah pernapasan mulai dari hidung tersumbat, pilek, asma, hingga pneumonia, menjadi kondisi kesehatan yang seringkali diabaikan para orang tua. Padahal, penanganan serta perawatan yang dilakukan sejak dini dapat menekan kasus penyakit pernapasan di kemudian hari. Tak sedikit juga orang tua yang belum memahami manfaat nebulizer.

Nebulizer merupakan alat bantu medis yang efektif untuk memastikan pengobatan masuk ke titik yang tepat di saluran pernapasan. Studi menunjukkan pengobatan dengan nebulizer mampu memberikan hasil yang lebih baik untuk penyakit pernapasan, seperti asma, bronchitis, Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau PPOK, dan flu musiman akibat perubahan cuaca.

Asma termasuk kelompok penyakit tidak menular dengan prevalensi lebih tinggi, yakni 6,8 persen. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menunjukkan angka kematian akibat asma di Indonesia mencapai 1,77 persen dari seluruh jumlah kematian penduduk. Kondisi ini menempatkan Indonesia di urutan ke-19 negara dengan kematian akibat asma terbanyak di dunia.

Adapun pneumonia, yang gejalanya menyerupai flu, menjadi penyebab kematian balita terbesar kedua di Indonesia. Menurut UNICEF, lebih dari 19 ribu balita di Indonesia meninggal akibat pneumonia pada 2018. Artinya, lebih dari dua anak meninggal setiap jamnya karena pneumonia. Adapun polusi udara merupakan 50 persen penyebab kematian anak akibat pneumonia.

Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Umum Persahabatan, Andika Chandra Putra mengatakan salah satu hal penting yang dapat dilakukan orang tua untuk mencegah masalah penyakit paru dan pernapasan pada bayi dan balita harus dimulai sejak bayi dalam kandungan. Caranya, ibu tidak merokok atau menjadi perokok pasif, dan bayi harus dijauhkan dari paparan polusi dan asap rokok. "Tentunya akan lebih baik jika pasangan yang baru menikah langsung berhenti merokok jika berencana punya anak," kata Andika.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."