Sebab Anak-anak Lebih Kebal Terhadap Virus Corona

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi sekolah diliburkan dan pemberlakuan belajar jarak jauh untuk menekan virus corona. ANTARA/Mohammad Ayudha

Ilustrasi sekolah diliburkan dan pemberlakuan belajar jarak jauh untuk menekan virus corona. ANTARA/Mohammad Ayudha

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Indonesia saat ini dalam kondisi bencana nasional virus corona. Kegiatan sekolah berhenti selama dua pekan, pekerjaan digarap dari rumah, jam operasional sarana transportasi publik dibatasi, dan lainnya.

Segala langkah itu dilakukan untuk mempersempit ruang gerak persebaran virus corona baru atau COVID-19. Ada satu kondisi yang terbilang unik dari wabah virus corona ini. Tak ada anak yang menjadi korban virus corona. Padahal kalau flu, anak-anak dan orang tua mumnya mengalami kondisi paling parah.

Sebuah studi terhadap 44.672 pasien yang terinfeksi virus corona menunjukkan jumlah anak-anak tak sampai satu persen. Dan nol persen untuk 1.023 kematian yang terjadi. "Jelas kalau penyakit ini (virus corona) tidak seperti flu," ujar Akiko Iwasaki di Yale University, Amerika Serikat.

Anak-anak memiliki peluang lebih tinggi untuk pulih dari virus corona. Tren serupa juga terlihat saat wabah SARS atau MERS merebak. Apa yang sebenarnya terjadi di tubuh anak sehingga virus corona tak 'mempan'?

"Belum ada yang punya jawabannya," kata Iwasaki. Meski begitu, dia dan peneliti lain menduganya kondisi ini terkait dengan keunikan sistem imunitas tubuh anak dalam merespons virus-virus tersebut.

Dalam kasus infeksi COVID-19, SARS, maupun MERS pada orang dewasa, ada kondisi komplikasi yang disebut acute respiratory distress syndrome. Dalam kondisi ini, sistem pertahanan tubuh memberikan reaksi berlebihan dalam merespons virus-virus tadi dan justru mengakibatkan kerusakan paru-paru.

Chris van Tulleken dari University College London mengatakan, reaksi tersebut menyebabkan paru-paru banjir air dan sel-sel imun. Lantaran mereka hidup lebih lama, maka orang dewasa cenderung lebih sering menghadapi infeksi virus corona sepanjang hidupnya, seperti yang menyebabkan batuk atau flu.

Kondisi ini berbeda dengan sistem imunitas tubuh anak-anak yang masih berkembang. Mereka terhindar dari respons imun yang berbahaya tadi. Saat wabah SARS, dua studi menemukan anak-anak memproduksi zat sitokin -penyebab peradangan, dalam jumlah yang rendah, sehingga melindungi paru-paru anak dari kerusakan serius saat terinfeksi COVID-19 atau penyakit serupa.

Dugaan lainnya, antibodi-antibodi yang sudah ada membuat kondisi orang dewasa memburuk, karena antibodi itu tidak pas untuk virus corona yang baru. "Kadang antibodi yang tidak sesuai seperti itu malah merugikan dan membahayakan," kata Wendy Barclay dari Imperial College London.

Sejauh ini, anak-anak memang tidak mengalami kondisi yang parah kalaupun terpapar virus corona. Tapi perlu diingat kalau mereka juga bisa berperan dalam penyebaran wabah virus corona jika tidak ditangani dengan baik. "Maka tindakan mencegah penularan dengan menutup sekolah-sekolah sudah tepat," katanya.

NEWSCIENTIST

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."