Tips Cegah Hipotermia Saat Banjir, Pakai Baju Ekstra dan Selimut

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Seorang anak berenang menggunakan ban saat bencana banjir menerjang pemukiman penduduk di Kampung Baru I, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu, 1 Januari 2020. TEMPO/Imam Sukamto

Seorang anak berenang menggunakan ban saat bencana banjir menerjang pemukiman penduduk di Kampung Baru I, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu, 1 Januari 2020. TEMPO/Imam Sukamto

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Banjir yang melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Januari 2020 hingga saat ini rentan terjadinya gangguan kesehatan, salah satunya hipotermia. Bahkan, kondisi hipotermia bisa mengancam nyawa. Menurut keterangan resmi yang diterima Tempo.co dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tiga dari sembilan korban meninggal akibat hipotermia.

Menurut laman Web MD, hipotermia adalah penurunan suhu tubuh yang membahayakan, sering kali disebabkan oleh paparan suhu dingin yang berkepanjangan, seperti pendakian gunung di suhu ekstrem hingga bencana banjir seperti sekarang. Suhu tubuh yang rendah dapat memperlambat aktivitas otak, pernapasan, dan detak jantung.

Mengutip laman Sehatq, hipotermia terjadi ketika suhu tubuh berada di bawah 36,5 derajat Celcius. Suhu tubuh yang rendah dapat berbahaya hingga menyebabkan kematian. Setiap penurunan suhu tubuh 1 derajat Celcius, kebutuhan oksigen akan meningkat sebesar 10% untuk menjaga tubuh tetap hangat.

Tapi ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengatasinya, di antaranya melepaskan pakaian basah, topi, sarung tangan, sepatu, dan kaus kaki. Lalu, ganti dengan pakaian hangat dan kering. Lindungi orang yang mengalami hipotermia dari angin atau apa pun yang akan membuat ia kehilangan panas.

Pindahkan ia secara perlahan ke tempat yang hangat dan kering. Mulailah menghangatkan kembali orang tersebut dengan pakaian ekstra. Gunakan selimut hangat.

Ada beberapa benda yang bisa digunakan untuk mengatasi hipotermia, seperti selimut listrik ke area tubuh dan paket panas dan bantal pemanas pada tubuh, ketiak, leher, dan selangkangan. Namun, perlu diwaspadai ini dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.

Cara lainnya adalah kontak kulit atau skin to skin, lalu diselimuti. Cara ini bisa mentransfer hangat. Minuman hangat juga bisa membantu, tapi bukan alkohol atau kafein. Perlu diingat pula, jangan diberikan ketika ia sedang tidak sadar.

Pada hipotermia parah, pertolongan bisa dilakukan secara medis. Menurut sebuah artikel di Akademi Dokter Keluarga Amerika (AAFP), seperti dikutip Medical News Today, teknik-teknik berikut dapat membantu mengobati hipotermia.

Pertama, penghangatan ulang eksternal pasif. Cara ini menggunakan kemampuan penghasil panas individu. Ini dilakukan dengan melepas pakaian yang dingin dan basah, idealnya menggantinya dengan pakaian kering yang cukup tertutup, dan memindahkannya ke lingkungan yang hangat.

Kedua, penghangatan kembali eksternal aktif. Ini melibatkan perangkat penghangat, seperti botol air panas atau udara panas yang dipanaskan, secara eksternal ke area-area batang tubuh. Misalnya, orang tersebut dapat menaruh botol air panas di bawah masing-masing lengan.

Ketiga, penghangatan inti aktif. Ini menggunakan cairan intravena yang dihangatkan untuk mengairi rongga tubuh, termasuk rongga dada, peritoneum, lambung, dan kandung kemih.

Pilihan lain termasuk membuat individu untuk menghirup udara hangat, dilembapkan, atau menerapkan penghangatan ekstrakorporeal dengan menggunakan mesin jantung-paru.

MILA NOVITA | SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | WEB MD | HEALTHLINE | MEDICAL NEWS TODAY | SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."