Bukti Tingginya Antusiasme Pencinta Kain Tenun Sikka

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Mama Martina, Penenun perempuan dari Komunitas Sangkar Doka Tawa, Flores, Nusat Tenggara Timur, saat menenun dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di Sarinah Jakarta Pusat, Kamis 31 Oktober 2019. TEMPO/Eka Wahyu Pramita

Mama Martina, Penenun perempuan dari Komunitas Sangkar Doka Tawa, Flores, Nusat Tenggara Timur, saat menenun dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di Sarinah Jakarta Pusat, Kamis 31 Oktober 2019. TEMPO/Eka Wahyu Pramita

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial, kisah para perajin kain tenun dari Komunitas Sangkar Doka Tawa, Kampung Dokar, Desa Umauta Kecamatan Bola, Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, yang menggelar pameran dan workshop di Sarinah, Jakarta. Warganet mengimbau agar warga Ibu Kota mengunjungi pameran tersebut karena sepi hingga menjelang berakhir. 

Salah satu warganet yang mengunggah kisah tersebut ialah mantan Kepala Badan Kreatif Triawan Munaf. Dalam unggahannya di Instagram, pada 29 Oktober 2019 lalu, Triawan mengajak masyarakat singgah ke pameran mereka.

"Setiap ada program-program seperti ini, mereka berharap sangat banyak dari market Jakarta saat pameran, mengingat biaya dan effort yang lumayan tinggi untuk mengangkut seluruh perlengkapan, penginapan dan sebagainya, yang mana itu biasanya dari biaya sendiri," kata Triawan Munaf. 

Benar agaknya ungkapan media sosial punya daya magis. Setelah viral, banyak pengunjung datang ke pameran yang digelar hasil kerja sama Sarinah dengan Komunitas Cinta Berkain tersebut.

Ketua Komunitas Sangkar Doka Tawa Cletus Beru mengatakan ia kewalahan melayani para pengunjung. Banyak yang penasarannya dengan proses tenun sampai jadi kain, ingin membeli, bahkan bersedia menunggu pre order (PO).

Pantauan Tempo.co hingga sore pada hari terakhir pameran, Kamis 31 Oktober 2019, para pengunjung memang membludak. Ada yang asyik menawar kain tenun, melihat aksesori, hingga foto bersama para penenun.

"Puji Tuhan, kami bawa sekitar 200 lembar kain dan sekarang tersisa kurang lebih 20-an lembar kain. Kami optimistis bisa mencapai target sebaik-baiknya," ucap pria 50 tahun ini semangat.

Harga kain tenun Sikka ditaksir mulai Rp 2,5 juta hingga Rp 10 juta. Dengan harga jual tersebut, omzet yang telah dicapai para penenun yang berjumlah enam orang ini minimal Rp 450 juta.

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."