Alasan Happy Salma Merekrut Banyak Karyawan Perempuan di Tulola

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Happy Salma ditemui saat pembukaan butik keempat Tulola Jewelry di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu 30 Oktober 2019. Ia mendirikan Tulola Jewelry bersama Sri Luce Rusna sejak 10 tahun lalu. Sementara itu, Franka Franklin bergabung di tahun ketujuh Tulola. Tempo/Silvy Riana Putri

Happy Salma ditemui saat pembukaan butik keempat Tulola Jewelry di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu 30 Oktober 2019. Ia mendirikan Tulola Jewelry bersama Sri Luce Rusna sejak 10 tahun lalu. Sementara itu, Franka Franklin bergabung di tahun ketujuh Tulola. Tempo/Silvy Riana Putri

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaHappy Salma dan Sri Luce Rusna memulai bisnis perhiasan Tulola sejak 10 tahun lalu. Dalam bisnis ini, peran Happy tak jauh dari riwayat karier akting, pemain teater, dan penulis. Ia berjibaku dalam konsep kreatif perhiasan. Inspirasi ia dalam berkarya berkutat pada khasanah kekayaan Indonesia. Entah itu berasal dari buku, cerpen, perjalanan sejarah bangsa, tradisi, ideologi hingga tokoh di Nusantara.

Dari konsep kreatif Happy, Sri yang mewujudkannya ke dalam perhiasan sebagai desainer perhiasan Tulola. Di tahun ketujuh, Happy dan Sri menyambut kehadiran Franka Franklin, istri Nadiem Makarim, yang bertanggung jawab di bidang operasional dan strategi bisnis ke depannya.

“Tulola itu kayak sekolah. Bengkel kreatif. Ruang bermain juga untuk kita bertiga,” ungkap Happy Salma saat ditemui di pembukaan butik keempat Tulola di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu 30 Oktober 2019.

Perempuan berusia 39 tahun ini lebih lanjut bercerita, “Menyenangkan sekali. Apalagi ini cewek-cewek semua. Kami ada jeda seperti cuti hamil, melahirkan, hamil lagi, cuti lagi. Sebagian banyak di perusahaan ini, 75 persennya perempuan. Staf kita. Laki-laki ada di bagian pertukangan dan administrasi.”

Happy Salma, Sri Luce Rusna, dan Franka Franklin di pembukaan butik keempat Tulola Jewelry di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu 30 Oktober 2019. Tempo/Silvy Riana Putri

Menurut Happy, merekrut banyak perempuan karena lebih terkait dengan perhiasan. Sebab produksi setiap koleksinya dibuat secara handmade atau menggunakan tangan. Ia percaya energi manusia yang mengerjakan akan sampai ke energi yang memakai.

“Perempuan itu punya intuisi yang berbeda dengan laki-laki. Dan, produk yang kami produksi adalah untuk perempuan. Jadi, ketika perempuan yang mengerjakan nyampe ke hati perempuan. Rasanya itu nyampe,” ucap ibu dua anak ini.

Dengan mayoritas karyawan perempuan, Happy mengisahkan tercipta budaya perusahaan kekeluargaan secara organik. “Kami juga saling paham ketika ada pegawai yang anaknya mo ulang tahun, kenaikan kelas, please go. Saya suka bilang, 'saya enggak mau lihat kalian di kantor di momen itu. Karena kami sebagai ibu dan istri tahu hal itu penting sekali dalam keluarga. Support system dan kekeluargaan itu terasa sekali di Tulola secara organik, tanpa kami sadari,” ucap penggemar sosok Pramoedya Ananta Toer ini.

Dan sebaliknya, Happy pun tidak jaim untuk meminta izin kepada keluarga karyawan, bila ia sangat membutuhkan jasanya di kala tertentu.

“Misalnya, kami masih perlu banget salah satu pegawai, tapi dia ada acara sama mertuanya, saya tak segan-segan meminta izin juga. Saya akan bilang, ‘Mungkin enggak saya pinjam sejam atau dua jam’. Hal-hal yang kayak gitu hanya terjadi di ranah perempuan,” pungkas istri Tjokorda Bagus Dwi Santana Kertayasa ini.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."