3 Sebab Perempuan Muda Rentan Stres, Di Antaranya Media Sosial

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi remaja perempuan sedang melihat gawai. (Unsplash/Luke Porter)

Ilustrasi remaja perempuan sedang melihat gawai. (Unsplash/Luke Porter)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Stres tidak lagi seputar orang dewasa, pekerja, orang tua, pemilik perusahaan, pengusaha, dan masih banyak lagi. Ternyata perempuan muda di era modern memiliki tingkat stres lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan 20 atau 30 tahun lalu. Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. 

Demikian fakta tersebut diungkapkan pakar ilmu sosial, budaya, dan komunikasi Universitas Indonesia, Devie Rahmawati. Kondisi ini, kata Devie, membuat para wanita sulit mengenali dirinya sendiri. 

"Bisa dibayangkan bagaimana mereka bisa mengenali dirinya, kalau mereka saja sedang stres atau depresi?" kata Devie dalam acara Sunsilk #TakTerhentikan pada Senin, 7 Oktober 2019 di Kemang, Jakarta Selatan.

Devie menjelaskan tiga faktor yang menjadi penyebab tingkat stres perempuan muda di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

1. Faktor biologis

Dipengaruhi oleh faktor hormonal yang menjadikan alasan remaja perempuan menjadi jauh lebih stres dibandingkan anak laki-laki. Saat ini, anak perempuan mengalami masa pubertas lebih cepat dibandingkan dengan pada beberapa tahun yang lalu.

"Sekarang bukan hal yang baru, anak kelas 1 SD, 2 SD, dan seterusnya sudah semakin dini untuk kemudian mengalami pubertas, dinamika hormonal ini menjadi tantangan kenapa internal perempuan jadi jauh lebih stres dari anak laki-laki," katanya.

2. Faktor psikologis

Remaja saat ini banyak bergantung pada kehidupan di dunia maya, sehingga terobsesi mendapatkan pengakuan dari orang lain di dunia maya, tanpa tujuan hidup. Akibatnya, mereka tidak fokus dengan dirinya sendiri.

"Setiap hari mereka terobsesi untuk mendapatkan like sebanyak-banyaknya, jadi mereka bukan fokus pada upaya memperkaya diri meng-empower dirinya tapi lebih kepada mendapatkan validitas sosial, ini yang menjadi problem," tuturnya.

3. Faktor sosiologis

Umumnya remaja saat ini masih mempercayai bahwa perempuan hanya dihargai melalui penampilannya. Jadi, mereka fokus mereka adalah penampilan yang sempurna.

"Boro-boro memikirkan bersaing dengan temannya, ia sibuk melihat oh gue udah keren belom ya?" katanya. "Ketika semakin banyak melihat sosial media itu membuat Anda semakin membandingkan diri dengan orang lain."

Jika membandingkan diri sendiri dengan orang lain, Devie juga menyebutkan ada dua hal yang akan terjadi. Pertama fight, akan berusaha menjadi lebih baik atau akan mengelabui publik dengan aplikasi untuk mengedit foto. Kedua fly, yang bisa menyebabkan depresi.

"Generasi muda sekarang kesulitan untuk menemukan kiblat dan kompasnya sendiri akibat arus informasi yang ada di dunia maya," tandasnya.

MARVELA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."