Panduan dan Waktu yang Tepat untuk Remaja Memakai Makeup

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi anak kecil menggunakan makeup. Unsplash.com/Patricia Prudente

Ilustrasi anak kecil menggunakan makeup. Unsplash.com/Patricia Prudente

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Saat remaja dulu apakah Anda suka diam-diam menggunakan lipstik milik ibu. Kini, banyak gadis kecil yang sudah tak asing dengan makeup, bahkan pandai menggunakannya dan memamerkan keahliannya di media sosial menjadi beauty vlogger. Meski begitu, para orang tua sebaiknya tidak serta merta membiarkan anak bermain-main dengan makeup terlalu cepat. 

Ada beberapa alasan medis sebaiknya anak kecil tidak menggunakan makeup. Seperti dilansir dari laman CNA, menurut dokter Lynn Chiam, pakar kulit dari Children & Adult Skin Hair Laser Clinic, kulit anak lebih tipis sehingga fungsi penghalangnya tidak sebesar kulit orang dewasa. "Fungsi kulit sebagai penghalang merujuk pada kemampuannya menjaga kelembapan dan melindungi tubuh dari elemen yang merusak, sehingga kulit anak lebih rentan terhadap bahan yang mengiritasi," paparnya.

Jika terpapar bahan kimia dalam makeup yang bisa menyebabkan kulit kering, merah, gatal dan iritasi, kulit anak bisa jadi lebih sensitif pada hal lain, seperti air, sabun, keringat dan panas. Proses yang penting dalam memakai makeup adalah membersihkannya secara menyeluruh sehingga kulit bisa kembali bernapas. Bila anak tidak membersihkan makeup secara optimal, pori-porinya bisa tersumbat dan berujung pada jerawat.

Lantas, bagaimana dengan sedikit lip gloss dan pemulas pipi? Lynn Chiam menegaskan makeup bisa berujung pada dermatitis pada kulit dan bibir, sehingga menyebabkan merah-merah dan gatal. Anak bisa terkena iritasi meski kuantitasnya sedikit. Ia menyarankan agar orang tua menunggu hingga anak berusia 16 tahun sebelum memberinya izin menggunakan makeup.

Tapi jika anak punya kegiatan yang mengharuskannya berdandan, misalnya untuk pentas tari, dia merekomendasikan makeup berformula padat yang pada umumnya tidak terlalu mengiritasi kulit seperti produk makeup cair.

Hal serupa berlaku pada cat rambut. Jika anak merengek-rengek ingin rambutnya diwarnai, orangtua harus mengingat bahwa kulit kepala anak lebih sensitif dan rambutnya pun lebih halus. Proses bleaching rambut sebaiknya baru dilakukan setelah anak puber, setidaknya 16 atau 17 tahun. 

Bila memang terpaksa, pakailah pewarna non-permanen yang mudah luntur dalam bentuk semprotan dan kapur. Pewarna ini tidak meresap seperti cat rambut, tapi hanya ada di permukaan.

Begitu juga dengan cat kuku. Bahan-bahan kimia dalam cat kuku membuat orang tua harus menahan diri untuk tidak membiarkan anak mewarnai kukunya, terutama bila si anak punya kebiasaan menggigit kuku atau makan dengan tangan. Jika orang tua memberi izin, dokter merekomendasikan untuk tidak berlama-lama membiarkan
cat kuku itu ada di tangan anak, setidaknya tidak lebih dari sepekan.

ANTARA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."