Kenali Gejala Dermatitis Atopik pada Anak yang Dipicu Genetik

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Eksim kering. mediskus.com

Eksim kering. mediskus.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dermatitis atopik atau eksim merupakan penyakit kulit kronis yang bisa menyerang semua usia, dari bayi sampai lansia, baik perempuan atau laki-laki. Dilihat dari segi lokasi dan gejala dermatitis atopik terbagi dalam tiga fase, yaitu fase bayi, anak, dewasa, dan geriatri atau usia lanjut.

Berkaca dari data organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) pada tahun 2018, prevalensi penderita dermatitis atopik pada anak sebesar 5-30 persen dan pada dewasa 1-10 persen populasi di dunia. Sementara di Indonesia, angka prevalensi dermatitis atopik pada anak mencapai 23,67 persen atau sekitar 2 juta kasus per tahun.

Dermatitis atopik pada anak 80 persen terjadi pada fase bayi dan anak usia 1 sampai 5 tahun. Ada beragam faktor pemicu dermatitis atopik pada anak salah satunya faktor genetik. “Kedua orang tua yang memiliki dermatitis atopik maka menurun pada anak, kalau satu orang tua atopik, anak memiliki kemungkinan atopik,” ujar dokter spesialis kulit senior Ronny Handoko, dalam temu media di Jakarta beberapa waktu lalu.

Sedangkan faktor pemicu lainnya antara lain debu, serbuk kayu, gypsum, daya tahan tubuh menurun, bulu hewan peliharaan, perubahan cuaca, stres emosional, gigitan serangga, hingga zat iritan seperti detergen.

Gejala dermatitis atopik pada anak ditandai dengan gatal, kulit kering, dan ruam kemerahan. Pada kasus yang berat ditandai dengan ruam merah agak basah dan krustasi, sedangkan kasus kronis terdapat penebalan kulit dan perubahan warna kulit kegelapan.

Dokter spesialis kulit Anthony Handoko mengatakan dermatitis atopik pada bayi terdapat pada wajah, siku, lutut, dan kulit kepala. Sedangkan pada anak biasanya terjadi di lipatan siku, lipat lutut, leher, mata dan seputar bibir. “Yang perlu diperhatikan adalah penderita dermatitis atopik biasanya memiliki gejala penyerta seperti hidung meler atau bersih pada pagi hari atau yang disebut rhinitis allergic, mata mera, dan asma,” ungkap CEO Klinik Pramudia ini.

Anthony menambahkan untuk pengobatan dermatitis atopik pada anak diberikan berdasarkan kondisi yang timbul, bisa melalui terapi topikal, oral, dan penyinaran atau Phototeraphy. Namun untuk perawatan sehari-hari pastikan agar kulit anak selalu dalam kondisi lembap. “Kenali lokasi dan gejala dermatitis atopik anak sedini mungkin dan segera konsultasikan dengan dokter kulit karena semakin cepat ditangani semakin baik hasilnya,” paparnya.

Selain itu, Anthony mengingatkan pentingnya keterlibatan dan kepedulian keluarga, serta menghindari faktor pemicu atau pencetus dermatitis atopik. Ia juga meluruskan mitos bahwa penderita dermatitis atopik harus mandi dengan air panas. “Penderita dermatitis atopik tidak disarankan mandi air panas, tapi suam kuku, karena atopik punya gangguan genetik di mana kelenjar minyak memproduksi lebih sedikit jika mandi air panas akan membuat jadi bertambah kering,” tandasnya.

YUNIA PRATIWI
Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."