Kenali 3 Penyebab Penyakit Jantung Koroner

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi gagal jantung. shutterstock.com

Ilustrasi gagal jantung. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penyakit jantung adalah salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia dengan persentase mencapai 12,9 persen. Bersama stroke dan hipertensi, penyakit jantung koroner masih menjadi momok bagi masyarakat.

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan penyakit jantung koroner kini menyerang kelompok usia muda, yaitu 25 sampai 29 tahun. Spesialis jantung dan pembuluh darah dr. Johan Winata SpJP(K) FIHA, menjelaskan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar RI tahun 2018, setidaknya ada tiga faktor utama penyebab tingginya penyakit jantung di Indonesia.

"Pertama, gaya hidup tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik (33,5 persen), rendahnya konsumsi buah dan sayur (95,5 persen). Selain itu, tingginya tingkat stres di kalangan usia 30-an," kata Johan.

Baca juga:

Kurangi Risiko Penyakit Jantung dengan Makan 1 Butir Telur Sehari
Sebab Penderita Penyakit Jantung Semakin Muda

Untuk mengecilkan risiko penyakit jantung koroner, konsumsi serat pangan sangat disarankan. Penelitian menyebutkan mengonsumsi serat pangan sebanyak 7 gram per hari dapat menurunkan risiko penyakit jantung hingga 9 persen.

"Selain serat, mengurangi asupan lemak jenuh dan transfat, serta rutin beraktivitas fisik bisa menjauhkan Anda dari penyakit jantung koroner,” imbuhnya.

Pakar kesehatan dan kebugaran Jansen Ongko M.Sc, R.D. membenarkan.

"Aktivitas fisik alias olahraga efektif mengelola stres dan menjaga kesehatan jantung. Untuk Anda yang berusia 30 tahunan, pilih olahraga favorit dan lakukan bersama dengan orang terdekat. Olahraga yang saya sarankan yakni berenang, bersepeda, berlari, senam lantai, atau zumba. Variasikan dengan olahraga anaerobik seperti angkat beban," saran Jansen.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."