Jember Fashion Carnaval, Awal Karnaval Keluarga Sampai Mendunia

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ketua JFC  Dynand Fariz (tengah), menari ditengah-tengah peserta saat acara Jember Fashion Carnival 2014 ke-13 di Jember (21/8). Robertus Pudyanto/Getty Images

Ketua JFC Dynand Fariz (tengah), menari ditengah-tengah peserta saat acara Jember Fashion Carnival 2014 ke-13 di Jember (21/8). Robertus Pudyanto/Getty Images

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kementerian Pariwisata menobatkan Jember sebagai kota karnaval pertama di Indonesia. Penghargaan ini tak lepas dari ajang Jember Fashion Carnaval yang telah berlangsung selama 16 tahun berturut-turut di daerah yang berjuluk kota tembakau itu.

Presiden Jember Fashion Carnaval atau JFC, Dynand Fariz menceritakan fashion karnaval ini bemula dari kebiasaan kumpul keluarga setiap Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran. "Saudara saya ada sebelas orang, dan saya anak kedelapan. Jadi saya punya banyak kakak, adik, dan keponakan," kata Dynand Fariz kepada Tempo di Jakarta, Selasa 8 Mei 2018.

Namun lambat laun, perancang busana jebolan Esmod itu merasakan anggota keluarga yang berusia lebih muda kerap absen dalam acara kumpul keluarga tersebut. "Mereka menganggap Lebaran hanya sekadar bertemu, salam-salaman, selesai dan pulang," ucap Dynand. Dia dan saudara-saudaranya kemudian memikirkan acara yang meriah supaya generasi muda di keluarga besar bersemangat bertemu dan saling berinteraksi.

Pada tahun 1990-an, Dynand membuat acara supaya setiap anggota keluarga menunjukkan kemampuan mereka di berbagai bidang. Misalnya, yang pandai berbisnis berbagi inspirasi menjadi pengusaha sukses, dan yang pintar berbicara menjadi pembawa acara. "Tapi semua itu masih dalam lingkup keluarga," kata Dynand.

Dynand Fariz, Presiden Jember Fashion Carnaval (JFC). TEMPO/Charisma Adristy

Hingga pada satu titik, seluruh anggota keluarga bersepakat supaya rutinitas acara ini dibuat lebih meriah dan bisa melibatkan orang luar. Dynand Fariz pun menggagas ide karnaval keluarga dan menantang keponakan-keponakannya untuk mengambil tanggung jawab di acara tersebut. Seusai salat Idul Fitri, mereka menyiapkan karnaval keluarga lalu berkeliling di sekitar rumah.

"Jadi, saat orang lain sibuk Lebaran bersalam-salaman, keluarga kami keluar rumah untuk parade," kata Dynanad. Tak jarang ada orang yang melontarkan kata-kata sinis kepada mereka. "Kami dikomentari orang-orang sekitar, 'dasar keluarga gila, Lebaran kok karnaval'. Tapi kami tak peduli, memangnya kenapa kalau kami keluarga gila? Dan bagaimana jika satu saat ide ini bisa membawa nama baik keluarga, kota atau Indonesia?"

Terbukti, setiap tahun terlihat antusiasme masyarakat kian tinggi. Karnaval keluarga besar Dynanad Fariz kemudian melibatkan orang luar, misalnya teman dari keponakan dan mereka melakukannya secara sukarela. Dynand Fariz pun melakukan karnaval bukan hanya di momen Lebaran, tapi simultan dilaksanakan saat hari libur dan rutenya kian jauh sampai alun-alun kota.

Peserta karnaval mengikuti Jember Fashion Carnaval ke-15 di Jember, Jawa Timur, 28 Agustus 2016 Karnaval bertemakan Revival ini menampilkan berbagai busana seperti chandelier, garuda, woods, paradisaea dll. ANTARA FOTO

Melihat perhatian masyarakat yang semakin besar, Dynand Fariz kemudian mengajukan izin kepada Pemerintah Daerah Kota Jember untuk mengadakan Jember Fashion Carnaval yang pertama pada 2002. Saat itu, dia mengalami tantangan karena rute yang diajukan dari alun-alun ke sejumlah jalanan di Kota Jember tak kunjung keluar.

Sehari sebelum karnaval berlangsung, Dynand bertemu dengan Bupati Jember saat itu, Samsul Hadi Siswoyo. Dia kemudian menyampaikan keinginannya. Saat itulah dia mendapat lampu hijau kalau Jamber Fashion Carnaval tak hanya mengitari alun-alun Kota Jember, namun bisa memilih rute lainnya.

Sukses mengadakan Jember Fashion Carnaval pertama, Dynand Fariz dan tim JFC semakin antusias dengan karnaval selanjutnya. Di tahun ketiga penyelenggaraan JFC, Dynand kembali mendapat tantangan. Kali ini dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jember.

Warga menyaksikan Jember Fashion Carnaval ke-15 di Jember, Jawa Timur, 28 AGustus 2016. ANTARA FOTO

"Saya sampai ditanya, 'mau jadi apa generasi muda kalau disuguhkan karnaval seperti ini?'," ucap Dynand menirukan ucapan anggota dewan. Dari situ, dia justru tergugah untuk membuktikan kalau JFC patut dipertimbangkan sebagai wadah menuangkan kreativitas dan layak diakui di dunia internasional. Sekarang Jember Fashion Carnaval telah mengikuti berbagai acara karnaval di luar negeri, seperti Inggris, Cina, dan India.

Atusiasme masyarakat tetap tinggi. Setiap tahun mereka memadati tepi jalan yang menjadi runway para model JFC seraya memberikan semangat. Tahun ini JFC akan berumur 17 tahun dan berlangsung pada 7 sampai 12 Agustus 2018. Jangan sampai ketinggalan ya!

CANDRIKA RADITA PUTRI

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."