Periklindo Berharap Aturan TKDN Sifatnya Fleksibel - gooto_mobil Cantika.com

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Periklindo Berharap Aturan TKDN Sifatnya Fleksibel

foto-reporter

Reporter

google-image
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko usai melayat almarhum eks Menko Maritim Rizal Ramli di rumah duka di Jalan Bangka IX, Mampang, Jakarta Selatan, Rabu, 3 Januari 2024. Sejumlah tokoh tampak hadir di rumah duka mendiang Rizal Ramli. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko usai melayat almarhum eks Menko Maritim Rizal Ramli di rumah duka di Jalan Bangka IX, Mampang, Jakarta Selatan, Rabu, 3 Januari 2024. Sejumlah tokoh tampak hadir di rumah duka mendiang Rizal Ramli. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Advertisement

GOOTO.COM, Jakarta - Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Moeldoko menanggapi keinginan Presiden Prabowo Subianto yang akan memberikan kelonggaran Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). 

Moeldoko mengaku belum dapat berkomentar banyak, mengingat rencana tersebut masih belum resmi. Meski begitu, ia berharap bahwa TKDN yang fleksibel dapat dipertimbangkan guna mendorong laju investasi dan proyek strategis, terutama pada sektor-sektor yang membutuhkan teknologi canggih. 

“Sepanjang kita belum memiliki teknologi yang mumpuni untuk mengisi itu, maka dipertimbangkan untuk bisa menggunakan barang dari luar,” ucap Moeldoko. 

Lebih lanjut ia menyebut semangat TKDN tetap penting guna meningkatkan industri dalam negeri. Namun kebutuhan akan ruang yang lebih bebas juga tidak dapat dipandang sebelah mata.

Ia mencontohkan pengalamannya ketika masih menjadi kepala staf kepresidenan, di mana dirinya pernah mendapati sebuah perusahaan yang harus bersinggungan dengan kebijakan TKDN.

“Ada direktur utama di energi panas bumi, terbentur dengan TKDN. Karena itu penuh dengan high technology. Begitu dipersyaratkan dengan TKDN yang kuat, maka ini menyulitkan. Sehingga, proyek itu stagnan,” sambungnya.

Tak hanya mengenai TKDN, Moeldoko juga turut menanggapi adanya isu kuota impor yang akan dihilangkan. Ia menegaskan bahwa tidak semua barang dapat diberlakukan dengan kebijakan yang sama.

Moeldoko lantas memberi contoh barang-barang impor seperti bawang merah dan kedelai yang jumlahnya tidak perlu dibatasi.

“Itu sepenuhnya impor, hampir sepenuhnya impor. Begitu ada kuota, di situ justru terjadi permainan. Tapi kalau itu dibebaskan ke market, market yang mekanisme pasar, maka itu menjadi mereka yang bersaing. Para importir yang bersaing, masyarakat yang menikmati,” jelas Moeldoko.

Dalam industri kendaraan listrik sendiri, Moeldoko mengatakan bahwa persoalannya bukan di kuota impor, melainkan ada pada kebijakan pajak, termasuk CBU (Completely Built Up), CKD (Completely Knock Down), dan kebijakan-kebijakan pajak lainnya.

RIFQI DHEVA ZA’IM | ERWAN HARTAWAN

Pilihan Editor: Mobil Cina Serbu Indonesia, Mercedes-Benz: Kami Tak Anggap sebagai Pesaing

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement