Presiden kapal pesiar Princess Cruises, Jan Swartz ( tengah) menyapa seorang penumpang dengan cara membungkuk setelah berakhirnya masa karantina wabah penyakit coronavirus (COVID-19), di dermaga di Yokohama, Jepang, 20 Februari 2020 Princess Cruises via REUTERS

kesehatan

Berikut Beda Pneumonia Biasa dan Pneumonia Akibat COVID-19

Jumat, 13 Maret 2020 09:00 WIB
Reporter : Tempo.co Editor : Silvy Riana Putri

CANTIKA.COM, Jakarta - Virus corona baru atau COVID-19 ditetapkan menjadi pandemi oleh World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia pada Rabu, 11 Maret 2020. Di Indonesia kasus positif COVID-19 sebanyak 34 orang pada Jumat pagi, 13 Maret 2020.

Sedikit kilas balik, virus tersebut ditularkan lewat droplets atau percikan air liur saat batuk maupun bersin dalam jarak kurang 2 meter. Saat virus tersebut masuk ke dalam tubuh bisa menyebabkan pneumonia. Lalu apa bedanya pneumonia biasa dengan pneumonia yang dipicu COVID-19?

Dari segi gejala keduanya punya kesamaan, yaitu demam, infeksi saluran pernapasan dengan tambahan batuk kering dan pilek hingga sesak napas. Namun yang membedakan adalah tambahan gejala berupa kunjungan ke negara wabah.

“Kalau virus corona, pneumonianya terjadi karena ada riwayat perjalanan ke Cina. Kalau pneumonia biasa tidak ke sana juga bisa mengalami penyakit ini,” katanya dalam acara Media Briefing di Jakarta pada Februari 2020.

Selain gejala, perbedaan lainnya dapat dilihat dari sumber virus yang menyebabkan pneumonia. Menurut Erlina, pneumonia biasa akan dialami akibat masuknya virus streptococcus, staphylococcus, dan legionella. Sedangkan pneumonia yang sedang mewabah saat ini disebabkan oleh virus baru. “Virusnya, ya, novel coronavirus (nCov) itu,” jelasnya.

Dari segi penyembuhan, Erlina juga menjelaskan bahwa pneumonia biasa dapat diatasi dengan vaksinasi. Beberapa vaksin yang terkenal itu termasuk vaksin pneumokokus (PCV atau PPSV23), dan vaksin HIB.

Sementara untuk pneumonia akibat COVID-19 belum memiliki vaksin khusus. “Karena dia virus yang baru ditemui, belum ada vaksin yang bisa diberikan. Tapi dia sebenarnya bisa sembuh sendiri tanpa obat,” tandasnya.

Tentunya penyembuhan tersebut di bawah pengawasan dokter dan petugas kesehatan. Jangan ragu untuk memeriksakan diri bila mempunyai gejala di atas, pernah berkunjung ke Wuhan atau daerah yang sudah terpapar COVID-19 hingga pernah kontak langsung dengan pasien COVID-19.

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA