Peserta aksi berfoto bersama saat mengikuti Women's March Jakarta 2017 di kawasan Silang Monas, Jakarta Pusat, 4 Maret 2017. Aksi ini diikuti oleh kelompok diskusi feminis, mahasiswa, anak muda, aktivis dan pekerja seni. TEMPO/Dhemas Reviyanto

ragam

Women's March, Presiden Jokowi Sanjung Iriana

Sabtu, 3 Maret 2018 18:00 WIB
Reporter : Cantika.com Editor : Rini Kustiani

CANTIKA.COM, Jakarta - Presiden Jokowi mengapresiasi gerakan Women's March yang berlangsung hari ini, Sabtu 3 Maret 2018, di Taman Aspirasi Monas, Jakarta Pusat, Sabtu 3 Maret 2018.

Aksi Women's March 2018 yang diikuti ribuan perempuan ini menuntut pemerintah memenuhi hak asasi manusia dan hak seksualitas bagi individu dan kelompok dengan orientasi seksual serta identitas gender yang berbeda.

Di Indonesia, Women’s March kali ini adalah aksi kedua setelah pertama kali diadakan pada 4 Maret 2017. Di tahun ini, Women’s March mengusung tema #LawanBersama kekerasan berbasis gender.

"Dalam membangun Indonesia, kita butuh perempuan-perempuan tangguh. Ada yang langsung terjun ke lapangan, ada yang menjaga tatanan keluarga," tulis Presiden Jokowi di akun Instagramnya. "Perempuan tangguh dalam hidupku adalah Ibu Iriana."

Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Widodo. Instagram

Pada tulisan tersebut, Presiden Jokowi menyematkan foto ketika hendak menuruni tangga pesawat kepresidenan bersama Ibu Negara, Iriana Widodo. Presiden Joko Widodo tampak mengenakan setelan jas dan dasi berwarna merah, sedangkan Iriana Widodo memakai baju kurung yang dipadu kain batik coklat beserta selendang bermotif senada.

Artikel lainnya:
Warna Warni Kebaya Iriana Jokowi
Gaya Blusukan Iriana Widodo Sampai ke Bangladesh

Presiden Jokowi mengucapkan selamat kepada para perempuan yang hari ini mengikuti Women’s March, dalam rangka Hari Perempuan Dunia yang diperingati setiap tanggal 8 Maret.

Fokus Women`s March Jakarta 2018 agar DPR segera mengesahkan rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual dan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, serta mengkaji ulang RUU KUHP yang berpeluang memunculkan stigmatisasi dan diskriminasi.