Perempuan dan Pendidikan di Mata Guru Penggerak di Pelosok Papua

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rezki Alvionitasari

google-image
Kegiatan belajar di sekolah dasar Kampung Atti, Kabupaten Mappi, Papua Selatan bersama guru penggerak daerah terpencil Diana Cristiana Da Costa Ati. Foto: Istimewa/Yusuf Yudo.

Kegiatan belajar di sekolah dasar Kampung Atti, Kabupaten Mappi, Papua Selatan bersama guru penggerak daerah terpencil Diana Cristiana Da Costa Ati. Foto: Istimewa/Yusuf Yudo.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Diana Cristiana Da Costa Ati, guru penggerak daerah terpencil di Kabupaten Mappi, Papua Selatan, mengamini pentingnya pendidikan bagi perempuan. Di zaman sekarang, kata dia, perempuan sangat mudah untuk mengakses pendidikan.

Apa pun profesinya, bekerja atau ibu rumah tangga, menurut Diana, sama pentingnya bagi perempuan untuk menuntut ilmu. "Walau perempuan akan menjadi ibu rumah tangga, tetapi dalam mendidik anak perlu seorang perempuan yang memiliki kualitas pendidikan yang baik, sehingga menghasilkan bibit yang berkualitas pula," ucapnya kepada Cantika, Jumat, 19 April 2024.

Diana adalah guru di pelosok Papua Selatan sejak tahun 2018. Dia terpilih sebagai penerima apresiasi program 14th SATU Indonesia Awards 2023.

SATU Indonesia Awards adalah agenda tahunan Astra bersama beberapa media massa termasuk Tempo. Penghargaan ini diberikan kepada individu atau kelompok yang memiliki inovasi di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, teknologi, dan kewirausahaan. Diana menerima penghargaan atau awards di bidang pendidikan.

Diana melanjutkan, baik wanita karier atau ibu rumah tangga adalah pilar dalam mendidik generasi bangsa. "Jadi tidak salah dulu Kartini mamatahkan stigma negatif tentang perempuan (yang sulit belajar)."

Dalam menghasilkan generasi berkualitas, kata dia, caranya dengan melalui proses pendidikan dan hal itu membutuhkan pendidik handal dan berkompeten. "Pendidikan dimulai dari rumah, jadi wajib hukumnya bagi wanita mengenyam pendidikan," ujar Diana.

Kisah Diana Mengajar Anak Buta Huruf di Pedalaman

Diana memulai kegiatan mengajarnya di Kampung Atti, Distrik Minyamur, Mappi di SDN Atti. Guru maupun kepala sekolah yang menetap di daerah lain jarang datang. Para siswa hingga murid kelas 6 pun belum bisa membaca.

Di sekolah ini, Diana fokus memberantas buta huruf. Dia juga mengajari anak-anak itu dasar-dasar berhitung sambil sesekali menyisipkan pendidikan nasionalisme.

Dia dan dua kolega sesama guru penggerak di kampung itu, Fransiska Erlyansi Bere dan Oktofianus Halla, mesti berhati-hati lantaran di daerah tersebut banyak simpatisan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Seorang siswa kelas 6 pernah hendak menombak Diana saat sedang mengajar karena tidak terima dimarahi Diana karena buang air kecil sembarangan di dalam kelas.

Kampung Atti didiami oleh sekitar 200-an kepala keluarga. Tapi kebanyakan anak-anak tidak pergi ke sekolah. Mereka ikut keluarganya ke hutan untuk mencari makan.

Tantangan yang ditemui Diana dalam upaya memberantas buta huruf di Kampung Atti adalah sarana dan prasarana mengajar yang tidak memadai. SDN Atti memiliki tiga ruang kelas yang serba terbatas. Para siswa duduk di lantai karena meja dan kursi terbatas.

Agar kegiatan belajar-mengajar tetap berjalan, Diana berinisiatif meminta donasi lewat media sosialnya. Dia tidak mau menerima uang. Donatur diminta untuk menyumbang barang seperti buku, alat tulis, dan pakaian layak pakai untuk anak-anak. Tak jarang Diana menggunakan sebagian dari gajinya. Soalnya, dana BOS pun pernah sampai ke siswa.

Inisiatif tersebut pun mendapat dukungan dan apreasiasi dari Astra sehingga dia memenangkan program SATU Indonesia Awards 2023 untuk kategori pendidikan.

Pilihan Editor: Sosok Kartini di Mata Guru Daerah Terpencil: Pejuang Pendidikan yang Bijak

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."