Sikapi Anak yang Suka Corat Coret Tembok, Orang Tua Perlu Tahu

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Anak-anak menggambar di Kebun Raya Bogor, Kamis 5 Mei 2022. Pada masa libur panjang lebaran, masyarakat Jabodetabek banyak yang berkunjung ke Taman Wisata Kebun Raya Bogor. Tempo/Muhammad Syauqi Amrullah

Anak-anak menggambar di Kebun Raya Bogor, Kamis 5 Mei 2022. Pada masa libur panjang lebaran, masyarakat Jabodetabek banyak yang berkunjung ke Taman Wisata Kebun Raya Bogor. Tempo/Muhammad Syauqi Amrullah

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sebagian orang tua mungkin kesal melihat anaknya mencorat-coret tembok, meskipun banyak juga yang mengerti dan mendiamkannya. Lalu, bagaimana orang tua seharusnya menyikapi perilaku anak yang seperti itu?

Animator Indonesia yang juga pendiri HelloMotion Academy Wahyu Aditya berbagi tips untuk orang tua dalam memfasilitasi anak yang gemar corat-coret sebagai bentuk ekspresi. "Memberi ruang mereka berekspresi dengan tidak memarahi ketika coret-coret tembok, atau diarahkan ke media gambar yang murah seperti kertas dan alat gambar yang ada, misalnya krayon dan spidol," kata Wahyu Aditya yang akrab dipanggil Wadit dalam acara festival menggambar di Jakarta, Minggu.

Sebagai penggerak di bidang animasi dan kreativitas Indonesia, Wadit percaya bahwa setiap imajinasi merupakan sebuah ide yang perlu dikembangkan dengan kreativitas agar nantinya dapat menjadi suatu kenyataan.

Pada masa usia anak 2-3 tahun, anak sering berekspresi dengan gambar atau mencoret-coret. Hal ini, kata Wahyu, merupakan perwujudan dari asal usul nenek moyang yang dulu berkomunikasi lewat gambar.

Sehingga, menggambar bisa menjadi salah satu bentuk mengekspresikan diri, dan tugas orang tua untuk membangun kembali seni yang ada pada diri anak. Wahyu juga menyarankan untuk membebaskan anak bereksplorasi dengan gambarnya dan tidak harus selalu diarahkan untuk mengikuti les dan menjadi seniman.

Selain itu, dunia teknologi yang berkembang saat ini, juga menjadi sarana bagi orang tua bisa memperkenalkan seni melalui media digital. "Karena itu saling melengkapi dan punya output yang berbeda, jadi sebaiknya dikenalkan keduanya, manual, tradisional maupun digital," kata Wahyu.

Melalui acara festival menggambar, Wahyu mengapresiasi keberanian para peserta tingkat Sekolah Dasar dalam menuangkan ide cerita lewat gambar dan berani dalam mencampur warna. Ia pun juga merasa bangga banyak anak Indonesia yang dapat menuangkan kreativitas dan visualisasi yang menakjubkan mulai dari pewarnaan hingga imajinasi yang menurutnya out of the box.

"Festival Menggambar Nasional 2023 dapat mendorong kreativitas dan menjadi wadah imajinasi anak-anak. Ini dapat menginspirasi anak untuk mempelajari hal baru atau berpikir out of the box," kata Wahyu.

Pilihan Editor: 4 Tipe Orang Tua yang Belum Dewasa secara Emosional

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."