Ahli Sarankan Pendekatan One Health untuk Mengatasi Penyakit Antraks

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Sampel darah milik warga saat pengambilan sampel darah di Padukuhan Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Jumat 7 Juli 2023. Dinas Kesehatan Gunungkidul melakukan pengambilan sampel darah untuk mencegah meluasnya penularan penyakit antraks setelah satu orang meninggal dunia dan 87 warga Candirejo positif setelah mengkonsumsi daging sapi yang terpapar antraks. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Sampel darah milik warga saat pengambilan sampel darah di Padukuhan Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Jumat 7 Juli 2023. Dinas Kesehatan Gunungkidul melakukan pengambilan sampel darah untuk mencegah meluasnya penularan penyakit antraks setelah satu orang meninggal dunia dan 87 warga Candirejo positif setelah mengkonsumsi daging sapi yang terpapar antraks. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaAntraks merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Dibutuhkan pendekatan one health untuk mengatasinya.  Pada 4 Juli 2023 kemarin Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa kasus antraks kembali menyerang Kabupaten Gunungkidul, DIY, dan sejauh ini tercatat tiga orang di Gunungkidul meninggal akibat virus tersebut. 

Menurut  Prof Tjandra Yoga Aditama  Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Guru Besar FKUI sudah sejak memang sejak lama kasus antraks menyerang berbagai daerah.  "Saya ketika masih bertugas sebagai DirJen Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan beberapa kali menangani kasus-kasus antraks ini, antara lain pada tahun 2010 di Maros dan pada 2011 di Boyolali," ujarnya melalui siaran pers, Kamis, 6 Juli 2023. 

Pada kejadian di Maros tahun 2010 yang lalu itu, setidaknya ada lima sapi yang mati dalam dua pekan di Maret 2010, satu diantaranya dipotong pada waktu sakit dan dagingnya dibagikan ke masyarakat. Menurut hasil pengujian di Balai Besar Veteriner tanggal 29 Maret 2010 maka sapi-sapi tersebut positf antraks. Pada pasien yang ada ketika itu maka dilakukan pengobatan dan tentu juga diambil darahnya untuk diperiksa di laboratorium. 

"Dari pengalaman ini maka tentunya pada kejadian antraks di Gunung Kidul sekarang ini maka sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk identifikasi dan memastikan antraks-nya. Selain pemeriksaan darah maka juga dapat dilakukan pemeriksaan kulit, faeses dan pungsi lumbal, kalau diperlukan," ucap Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Mantan Kabalitbangkes ini. 

Sementara itu, kejadian antraks di Boyolali tahun 2011 yang lalu itu kronologi penyebaran wabah dimulai dari adanya seekor sapi yang sakit pada akhir Januari 2011. Oleh pemiliknya sapi tersebut dipotong untuk dikonsumsi sendiri dagingnya dan sebagian lagi dijual ke pasar. 

Pengalaman di Maros dan juga Boyolali ini menunjukkan penularan antraks dari binatang yang sakit yang lalu malahan dipotong dan dikonsumsi manusia, sesuatu yang perlu terus diberi pemahaman ke masyarakat luas agar jangan terus berulang kejadian dan bahkan kematian pada manusia seperti di Gunung Kidul sekarang ini.

Antraks (Anthrax) merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya serta dapat menular ke manusia. Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia. 

Bakteri penyebab antraks, apabila terpapar udara, akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia termasuk desinfektan tertentu dan dapat bertahan di dalam tanah, sehingga kadang-kadang antraks juga disebut “penyakit tanah”.

Manifestasi penyakitnya di manusia ada tiga jenis. Pertama adalah antraks kulit, ini merupakan jenis antraks yang paling sering terjadi, tetapi tidak berbahaya. Kata Antraks memang bermakna "arang" dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam. Jenis ke dua adalah antraks pencernaan serta yang ke tiga adalah antaks paru atau pernapasan, yang juga pada sebagian kasus dapat menjadi berat, menyebabkan syok serta meningitis dan bahkan kematian.

"Karena antraks adalah zoonosis dan bahkan juga ada di tanah,  maka penanganannya harus melalui pendekatan One Health, yang merupakan kerja bersama kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan," ujar Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini. 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."