Pendekatan Bank Sampah Bisa Dicoba untuk Kendalikan Plastik Sejak Usia Dini

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi wanita membuang sampah. Freepik.com/Katemangostar

Ilustrasi wanita membuang sampah. Freepik.com/Katemangostar

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Founder dari Kertabumi Recycling Center Ikbal Alexander menjelaskan, sistem pengendalian sampah plastik dengan pendekatan Bank Sampah merupakan salah satu cara yang paling mudah diterima oleh masyarakat, apalagi untuk meningkatkan partisipasi usia dini. "Melalui pendekatan Bank Sampah, pengendalian sampah diterapkan dalam bentuk kerja sama saling menguntungkan, yang bisa memberikan manfaat sosial ekonomi, dan pada akhirnya dapat mengurangi timbunan sampah," kata Ikbal.

Ikbal mengatakan yang lebih penting dari sebuah regulasi dalam upaya mengurangi sampah plastik adalah mengubah perilaku masyarakat sejak dini agar lebih bijak menggunakan plastik atau mengelola sampah pada umumnya. "Sebetulnya bukan cuma regulasi yang dibutuhkan untuk mencapai target Indonesia bisa 100 persen mengelola sampahnya, tapi lebih ke mengedukasi perilaku, mengubah mindset agar masyarakat mau mengurangi penggunaan sampah dan lain-lain," kata Ikbal. 

Hal tersulit lain untuk diterapkan pada masyarakat dalam pengelolaan sampah, kata Ikbal, adalah  bagian mengumpulkan sampah atau collecting. "Yang efektif bentuknya memang masih bank sampah karena bisa memberikan insentif ekonomi kepada masyarakat."

Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (KLHK) mengimbau agar produsen bisa membuat peta jalan pengurangan sampah plastik. "Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Peraturan Menteri (Permen) LHK No 75 Tahun 2019 mengenai Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen, di situ disebutkan peta jalan pengurangan sampah oleh produsen akan dilaksanakan dari tahun 2020 sampai 2029 mendatang," kata Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Novrizal Tahar.

Novrizal mengatakan pemerintah menargetkan bahwa pengurangan sampah oleh produsen bisa tercapai sebesar 30 persen pada akhir tahun 2029. "Dengan dikeluarkannya regulasi ini maka jadi mandatory dan tanggung jawab setiap produsen untuk bisa mengurangi sampah dari produk mereka hingga packaging mereka," kata dia.

Novrizal menambahkan upaya pengurangan sampah bisa dilakukan lewat inisiatif kolaborasi antarpemangku kepentingan sebagai salah satu jalan bagi Indonesia menyelesaikan permasalahan sampahnya. "Ini bisa dimaksimalkan dengan upaya kolaboratif, misalnya perusahaan menggandeng recycling center atau upaya inovasi lain misal dengan cara redesign sehingga packing produk bisa lebih mudah didaur ulang atau dikelola," kata dia yang menambahkan bahwa pihaknya mengapresiasi inisiatif #BijakPlastikSejakDini ini.

"Semoga inisiatif ini bisa menjadi inspirasi, sekaligus motivasi bagi seluruh lapisan masyarakat dan juga sektor swasta untuk mendukung target pemerintah dalam mengurangi sampah plastik, sekaligus menghidupkan ekonomi sirkular di masyarakat," kata Novrizal.

Konferensi pers virtual Mondelez #BijakPlastikSejakDini/Mondelez

Bukan sekedar soal regulasi, aturan ini akan membuat masyarakat mau mengubah perilaku setidaknya dalam memilah sampah, memilih produk yang mereka gunakan sehingga nantinya lebih sedikit menimbulkan sampah, dan juga bisa memberikan pilihan untuk menerapkan konsumsi yang lebih bertanggung jawab.

Dalam upaya menumbuhkan kesadaran lingkungan agar bijak mengelola sampah plastik sejak dini, Mondelez Indonesia menghadirkan inisiatif #BijakPlastikSejakDini guna menginspirasi anak untuk bijak mengelola sampah plastik sejak dini, seperti kebiasaan untuk mengurangi, menggunakan kembali, serta mendaur ulang sampah plastik.

Khrisma Fitriasari, Head of Corporate & Government Affairs Mondelez Indonesia menjelaskan, hadirnya inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan terhadap pengendalian sampah plastik, sekaligus wujud nyata kontribusi #MondelezUntukIndonesia.

Secara global, Mondelez International mengklaim telah mengurangi sebanyak 65 ribu ton sampah plastik dengan melakukan berbagai inovasi pada kemasan produk, di antaranya mengurangi berat ataupun dimensi kemasan. "Secara global, Mondelez International berkomitmen 100 persen menggunakan kemasan ramah lingkungan yang dapat didaur ulang untuk produk-produknya seperti kemasan Oreo, coklat Cadbury dan sebagainya pada tahun 2025. Saat ini, sebanyak 94 persen kemasan produk-produk Mondelez International telah menggunakan kemasan yang dapat didaur ulang," kata Khrisma.

Baca: Penggunaan Sampah Plastik di Indonesia Terus Meningkat, Apa yang Bisa Dilakukan?

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."