Cegah Stunting, Anggota DPR Ini Beberkan Kiat-kiat Hidup Berencana

foto-reporter

Editor

Tempo.co - DS

google-image
Anggota Komisi IX DPR RI Putih Sari mengajak masyarakat selalu hidup berencana.

Anggota Komisi IX DPR RI Putih Sari mengajak masyarakat selalu hidup berencana.

IKLAN

INFO CANTIKA - Anggota Komisi IX DPR RI Putih Sari mengajak masyarakat selalu hidup berencana. Ada beberapa perencanaan yang bisa dilakukan meliputi merencanakan pernikahan, merencanakan punya anak, merencanakan jarak kelahiran anak, hingga merencanakan pendidikan anak.

“Perencanaan ini perlu dilakukan supaya membentuk keluarga-keluarga yang baik,” ungkap Putih Sari saat menyosialisasikan Penguatan Pendataan Keluarga Kelompok Sasaran Bangga Kencana bersama BKKBN Tahun 2021 di Desa Parakanlima, Kecamatan Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, Rabu, 13 Oktober 2021.

Putih Sari menerangkan bahwa angka stunting di Indonesia saat ini masih tinggi. Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), angka stunting di Indonesia saat ini 27,4 persen. Hal ini bisa membahayakan masa depan bangsa dan negara.

“Stunting bukan hanya karena asupan gizi yang kurang, tapi juga dipengaruhi oleh pola asuh yang salah dalam menjaga tumbuh kembang anak,” ujarnya. Idealnya, asupan gizi dan pola asuh dilakukan orang tua mulai dari anak dalam kandungan hingga anak usia dua tahun. 

Perempuan asal Jawa Barat ini juga memaparkan bahwa perencanaan dalam memiliki anak pun harus diperhatikan. “Selain itu jarak memiliki anak kedua juga harus diperhatikan, minimal itu lima tahun supaya orang tuanya bisa memberikan waktu memperhatikan tumbuh kembang si anak,” tuturnya.

Politisi Fraksi Partai Gerindra ini menekankan, menjaga jarak kelahiran, serta menjaga pola asuh anak, merupakan salah satu upaya untuk menghindari anak mengalami stunting. 

“Stunting ini mempengaruhi intelektualitas, perkembangan otak, tidak hanya dilihat secara fisik, tapi juga dilihat kecerdasannya. Kalau kecerdasannya sudah terganggu, otomatis kedepannya pada saat dia sekolah nantinya tidak akan maksimal, tidak berprestasi, sulit bersaing, tidak bisa berkompetisi dengan yang lainnya, jadi ini yang harus dipersiapkan benar-benar,” imbuhnya.

Sosialisasi ini juga dihadiri Penyuluh KB Utama BKKBN RI Eli Kusnaeli. Ia membeberkan angka stunting di Indonesia yang  tergolong tinggi, yaitu dari 100 bayi yang lahir, 27 diantaranya mengalami stunting.

“Berapa jumlahnya seluruh Indonesia yang stunting saat ini, dari 100, 27 lahirnya stunting atau pendek. Ada yang lahirnya tidak stunting, tapi karena pemberian asupan gizinya tidak betul di dua tahun pertama, menjadi stunting,” ucap Eli Kusnaeli.

Dijelaskan Eli, stunting juga sangat terkait dengan kuantitas anak di Indonesia. Ia membandingkan jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu tahun 70-an rata-rata 5 sampai 6. “Kalau dulu tahun 70an di Indonesia, rata-rata anak yang dilahirkan seorang ibu itu 5-6, tapi sekarang rata-ratanya 2,4, dan di Purwakarta angkanya 2,38, jadi sama dengan angka nasional," urainya.

"Itu karena apa, karena keberhasilan kita semua untuk mengatur jarak kelahiran. Nah sekarang aspek kualitas, satu-satunya cara untuk meningkatkan kualitas yaitu dengan menurunkan angka stunting, tadi disebutkan 27 persen, kita punya target tahun 2024 paling banyak hanya 14 persen saja, kalau bisa lebih kecil lagi bagus,” sambung Eli.(*)

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."