Susah Ungkapkan Perasaan, Pahami Ciri Anak Saat Alami Stres

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Mom, Anak Juga Bisa Stres

Mom, Anak Juga Bisa Stres

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Rasa khawatir dan cemas selama pandemi, juga bisa dialami anak-anak. Psikolog klinis anak dan keluarga dari Good Doctor, Samanta Elsener mengatakan bahwa anak tidak seperti orang dewasa yang dapat mengungkapkan perasaannya dengan mudah. Oleh karenanya, orang tua harus peka terhadap perubahan perilaku anak.

"Kita benar-benar harus bisa melihat dari perilakunya, apa yang berubah dari anak," ujar Samanta dalam webinar "Healthy Kids Healthy Family" pada Sabtu, 25 Juli 2021.

Samanta menjelaskan bahwa anak bisa mengalami gangguan kesehatan mental itu karena terlalu lama terkurung di rumah. Mereka sering mengalami emosi naik-turun. Beberapa dari mereka pun akan menolah ketika diajak ke sekolah, demotivasi, pola tidur berubah. "Mereka juga jadi picky eater," katanya.

Di sini, peran orang tua adalah memastikan bahwa kebutuhan anak bisa terpenuhi dan emosinya tersalurkan. Orang tua juga harus bisa berkomunikasi dengan anak dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami.

"Mau enggak mau ya orang tua harus jeli melihat kebutuhan anak, anak butuhnya apa sih, apakah kalau cranky aja kita udah bisa kita klasifikasikan sebagai anak yang lagi stres atau dia mengalami fase sensory meltdown (tantrum) atau kelebihan informasi-informasi yang diproses di otak tengah," kata Samanta.

Samanta juga menyebutkan beberapa gejala lain yang lebih berat saat anak mengalami gangguan kesehatan mental. Misalnya anak itu sudah bisa buang air di toilet, namun saat bermain dengan teman-temannya, dia mengompol," katanya.

Ciri lain anak sedang alami stres adalah bila anak lakukan sleep walking atau tidur berjalan. "Itu indikasi ada kecemasan yang dirasakan oleh anak dan mengganggu dirinya. Lalu ada juga kondisi-kondisi yang mereka banting-banting barang, di saat sebelumnya, dia tidak pernah melakukan itu.

Bila melihat anak alami ciri itu, Samanta sangat menyarankan agar orang tua segera membawa anak konsultasi ke psikolog atau psikiater. "Tantangan-tantangan ini tidak hanya dialami oleh para orang tua di situasi pandemi. Orang tua sebaiknya mencari informasi terus, jangan yang enggak akurat tapi yang valid. Kalau dirasa informasinya kurang tolong jadwalkan dengan ahlinya agar bisa mendapatkan penanganan yang sesuai," katanya.

Baca: Cegah Anak Jadi Korban Bully, Yuk Ajarkan Soal Apresiasi Diri dan Belajar Tegas

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."