Panik Itu Menular, Termasuk Kepanikan Terhadap Virus Corona

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi masker. Sumber: Reuters/asiaone.com

Ilustrasi masker. Sumber: Reuters/asiaone.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Masyarakat panik setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua warga Depok, Jawa Barat, yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona pada Senin, 2 Maret 2020. Setelah pernyataan ini disampaikan, masyarakat berbondong-bondong membeli masker.

Masker wajah dan masker jenis lainnya sampai cairan pembersih tangan habis di pasaran. Harganya pun melambung. Ditambah lagi informasi terjadinya panic buying atau masyarakat yang memborong kebutuhan pokok karena khawatir terjadi wabah virus corona.

Mengenai respons publik pasca-pengumuman adanya kasus virus corona di Indonesia, psikolog Intan Erlita mengatakan kepanikan tersebut terjadi lantaran masyarakat tidak menyangka jika wabah tersebut masuk Indonesia. "Mereka panik karena kemarin-kemarin merasa virus itu masih jauh dari negara kita. Lalu tiba-tiba sekarang seperti dibangunkan dari mimpi. Virus corona sudah ada di sini, kemudian timbullah kepanikan," kata Intan.

Menurut Intan, serangan panik dapat menular dengan mudah. Terlebih jika dibombardir dengan pemberitaan yang terus-menerus. "Menular di sini dalam tanda kutip. Panik sosial itu menular karena sebelumnya sudah nonton berita, warga negara tetangga terkena virus corona, terus menimbun makanan. Tanpa sadar itu terkonsep di otak," ucap dia.

Sejumlah pembeli mengantre di kasir supermarket Tip Top kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Senin, 2 Maret 2020. Beberapa jenis barang seperti makanan instan, minyak goreng, telur, serta sabun antiseptik menjadi incaran pembeli. TEMPO/Caesar Akbar

Sebab itu, begitu ada informasi di Indonesia sudah ada orang yang positif terinfeksi virus corona, maka sejumlah orang mengulang pola tadi karena khawatir akan apa yang terjadi di negara lain. "Sampai akhirnya rasio akal sehat enggak berjalan," kata Intan.

Kepanikan kian menjadi ketika masyarakat tahu ada orang yang menimbun makanan, masker, dan cairan pembersih tangan. Ini menimbulkan persepsi jika wabah virus corona sangat berbahaya. Virus corona baru atau COVID-19, menurut dia, memang wabah yang mengerikan dan tentu perlu diantisipasi, tapi jangan berlebihan. Jika hendak membeli masker misalnya, silakan saja asalkan secukupnya.

Intan Erlita menyarankan masyarakat tak menambah kepanikan dengan menyebarkan informasi yang tidak valid. "Fokus pada diri sendiri dan keluarga supaya aman. Itu yang harus dilindungi," ucap dia. "Tapi jangan juga terlalu santai karena ancaman virus corona ini nyata adanya. Yang penting waspada dan tahu apa yang harus dilakukan tanpa berlebihan."

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."