Melly Goeslaw Rilis Koleksi No Rules di Fashion Rhapsody 2020

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Debut peragaan busana rancangan Melly Goeslaw bertajuk Aleabe di Fashion Rhapsody 2020 di Jakarta, Rabu 26 Februari 2020. TEMPO/Eka Wahyu Pramita

Debut peragaan busana rancangan Melly Goeslaw bertajuk Aleabe di Fashion Rhapsody 2020 di Jakarta, Rabu 26 Februari 2020. TEMPO/Eka Wahyu Pramita

IKLAN

CANTIKA. COM, JAKARTA - Ketika memasuki area perhelatan Fashion Rhapsody 2020 yang bertajuk Harmoni Bumi suasana alam kuat terasa. Di area utama, terdapat panggung peragaan busana untuk memamerkan koleksi teranyar dari desainer lokal. 

Setelah dibuka secara resmi oleh Sandiaga Uni dan empat pendiri Fashion Rhapsody Ariy Arka, Ayu Dyah Andari, Chintami Atmanagara, dan Yulia Fandy, fashion show dibuka oleh 12 desainer dengan signature style masing-masing.

Parade show pertama dibuka oleh Kami, Qonita Ghalib, Adinda Moeda, Tuty Adib, Nabil Salim, Gee Batik by Sugeng Waskito, Kursein Karzai, Rya Baraba serta deretan desainer lainnya.

Setelah selingan lagu Bintang di Hati yang dilantunkan syahdu oleh Melly Goeslaw, sebanyak 24 looks ditunjukkan kepada tamu undangan. Lewat lini busana Ale Abe miliknya, Melly menawarkan potongan busana loose dan warna-warna bumi yang merepresentasikan karakter dirinya dan tema pagelaran busana.

Tak lupa, Melly menggandeng muse suami tercinta Anto Hoed dan juga istri Sandiaga Uno, Nur Asia Uno. 

Selain itu, presentasi karya busana ini memiliki tema harian yang diadaptasi dari alam; Savana, Silk Lagoon, Secret Forest dan Wysteria.

Founder Fashion Rhapsody Yulia Fandy mengatakan pihaknya mengambil tema tersebut untuk menyadarkan diri sendiri bahwa kita perlu berbuat sesuatu untuk menunjukkan kepedulian agar alam menjadi lestari.

"Mulai dari diri sendri dahulu, meskipun dari hal yang paling sederhana sekali pun. Misalnya mengurangi pemakaian plastik. Untuk desainer, sebagai penyumbang limbah bahan paling banyak, tentu perlu dipikirkan untuk mengubah limbah menjadi benda berharga”, tukas Yulia.

Para desainer bebas mengintepretasikan tema ke dalam karya mereka masing-masing.

Tema Savana atau sabana diangkat untuk mengumpamakan wilayah datar terbuka yang didominasi oleh padang rumput. Karya yang ditampilkan merepresentasikan awal-awal ketika tanah masih kosong belum ditanami apa pun.

Tema Silk Lagoon diibaratkan sebagai ketika padang rumput mulai ditumbuhi dengan berbagai tanaman. Segalanya bertumbuh dengan cepat. Keragaman karya merepresentasikan padang rumput  dan mahluk hidup.

Tema Secret Forest merupakan penerjemahan yang menggambarkan saat bumi mulai kelelahan dengan eksploitasi dan campur tangan manusia yang cenderung merusak dan mengakibatkan semakin sedikit lahan hidup yang tersisa.

Tema Wysteria diambil untuk menceritakan tentang keadaan alam yang mulai bersemi kembali setelah manusia berhasil melewati masa kelam dan sulit.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."