Memandang Potensi Fashion Muslim Indonesia di Pasar Dunia

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Desainer fashion muslim Vivi Zubedi mengkreasikan produk purun dengan meniupkan nafas modern di gelaran Sustainable & Ethical Fashion dalam rangkaian Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019 di JCC, Kamis 14 November 2019. (TEMPO/Eka Wahyu Pramita)

Desainer fashion muslim Vivi Zubedi mengkreasikan produk purun dengan meniupkan nafas modern di gelaran Sustainable & Ethical Fashion dalam rangkaian Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019 di JCC, Kamis 14 November 2019. (TEMPO/Eka Wahyu Pramita)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Merujuk Thomson Reuters, pangsa pasar ekonomi Islam diperkirakan terus tumbuh hingga 3.007 miliar USD pada tahun 2023. Jumlah penduduk muslim dunia yang mencapai 1,8 miliar atau 24 persen dari populasi global, dan pesatnya populasi generasi muslim milenial juga turut mempengaruhi prospek dan tren fashion muslim ke depan.

Indonesia merupakan konsumen busana muslim terbesar ketiga di dunia yang menghabiskan sebesar US$ 20 miliar atau sekitar Rp 300 triliun. Produk fashion muslim Indonesia potensial sebagai komoditas untuk mengintegrasikan kerja sama internasional dan menjadikan Indonesia sebagai pusat industri halal global.

Sejalan dengan target yang dicanangkan oleh pemerintah dalam mewujudkan Indonesia sebagai pusat fashion muslim dunia. Dengan target untuk memasarkan produk busana muslim Indonesia ke skala global, Bank Indonesia bersinergi dengan Indonesian Fashion Chamber (IFC) dan Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC).

Hal senada disampaikan oleh National Chairman IFC Ali Charisma, jika industri fashion muslim Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan yang juga menawarkan keragaman konten lokal yang tidak dimiliki oleh negara lain.

"Keunikan potensi dan nilai tambah untuk dipasarkan ke skala global menciptakan citra bahwa Indonesia telah bersiap sebagai pusat industri halal global," ucap Ali.

Hal senada dikatakan fashion desainer Alvi Oktrisni bahwa bukan tak mungkin para desainer di Indonesia mewujudkan fashion yang berkelanjutan. Terlebih kreativitas para desainer juga kian hari sangat beragam.

"Kita berupaya menuju ke fashion berkelanjutan yang lepas landas akan dimulai dari event ISEF yang menjadi langkah awal. Sebab, efeknya akan besar bagi sosial, ekonomi, dan lingkungan sekitar kita. Kami punya komitmen bukan sekadar gimmick tapi kelak akan jadi budaya kita," kata Alvi dalam konferensi pers Sustainable & Ethical Fashion ISEF 2019, Kamis 14 November 2019 di Jakarta.

Potensi buyer dalam dan luar negeri dihadirkan dalam perhelatan ini untuk dipertemukan dengan para perancang busana muslim Indonesia yang terpilih melalui proses kurasi dan telah dibina untuk mempersiapkan brand dan produk siap ekspor.

Potensi pasar fashion muslim masih terbuka lebar, namun kompetisi lokal maupun global juga semakin ketat. Oleh karena itu, pelaku fashion nasional harus mampu menangkap perubahan, berkreativitas dan berinovasi, meningkatkan produktivitas serta memperkuat brand sehingga mampu memenangkan pasar lokal maupun global.

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."