Benarkah Emosi Insidental Bisa Melemahkan Cara Menilai Pasangan?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi perempuan marah. Shutterstock

Ilustrasi perempuan marah. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaEmosi negatif bisa mengakibatkan hal buruk terjadi dalam kehidupan seseorang. Contohnya, emosi negatif yang timbul di antara pasangan yang sedang dimabuk asmara. Emosi itu bisa menjadi pemicu pertengkaran. Lebih parahnya lagi, bisa berdampak pada penurunan kepercayaan kepada sesesorang yang dicintai.

Di antara bentuk emosi negatif seperti melempar barang atau berteriak marah-marah saat si dia ketahuan berbohong untuk kesekian kalinya, adapula yang dinamakan emosi insidental. Sesuai dengan namanya, emosi ini muncul secara spontan dan tidak terkait dengan masalah kepercayaan.

Mengutip laman Times of India, emosi insidental dipicu oleh peristiwa di luar interaksi atau hubungan sosial yang sedang berlangsung. Emosi ini sering terjadi dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain, walaupun kita mungkin tidak sepenuhnya menyadarinya. Contohnya, marah-marah saat terjebak macet, kena tilang ataupun denda parkir.

Kemudian tim peneliti menyelidiki apakah dampak emosi insidental dapat mempengaruhi perilaku yang berlandaskan kepercayaan dan jaringan otak yang relevan untuk mendukung pola interaksi sosial.

Untuk memicu pengaruh negatif yang berkepanjangan, tim menggunakan metode ancaman-guncangan, di mana para peserta diancam dengan (tetapi hanya kadang-kadang diberikan) sengatan listrik yang tidak menyenangkan. Ancaman ini telah terbukti dapat menginduksi kecemasan antisipatif.

Dalam konteks emosional ini, peserta kemudian diminta untuk melakukan permainan kepercayaan, yang melibatkan keputusan tentang berapa banyak uang yang mereka ingin investasikan pada orang asing (kemungkinannya orang asing itu benar-benar menginvestasikan atau menggunakan untuk dirinya sendiri).

Para peneliti menemukan bahwa partisipan memang kurang percaya secara signifikan saat mereka cemas atau menerima kejutan. Tim juga merekam respons otak partisipan menggunakan pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) saat mereka membuat keputusan berdasarkan kepercayaan.

Terungkap bahwa persimpangan temporoparietal atau temporoparietal junction/TPJ secara signifikan ditekan selama pengambilan keputusan di bawah ancaman, hal itu tidak terjadi saat mereka merasa aman. Konektivitas antara TPJ dan amigdala juga secara signifikan ditekan oleh pengaruh negatif.

“Hasil ini menunjukkan bahwa emosi negatif dapat secara signifikan mempengaruhi interaksi sosial kita, dan khususnya seberapa besar kita mempercayai orang lain. Mereka juga mengungkapkan efek negatif pada sirkuit otak, yaitu menekan mesin saraf kognitif sosial yang penting untuk memahami dan memprediksi perilaku orang lain atau pasangannya, ”jelas penulis Jan Engelmann dan Christian Ruff.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."