Cara Berinvestasi yang Benar, Jangan Lupakan 2 Hal Ini

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi berinvestasi. Shutterstock.com

Ilustrasi berinvestasi. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dalam hal berinvestasi, kita tidak bisa sepenuhnya menyerahkan kepada perencana keuangan. Atau sekadar ikut-ikutan teman atau tidak enak dengan penawaran saudara. Penentu keberhasilan investasi itu dimulai dari perencanaan keuangan, bukan seberapa banyak Anda berinvestasi.

“Biasanya yang sering terlupakan dalam berinvestasi itu adalah orang tidak punya rencana keuangan. Orang-orang maunya jump to investment. Jadi, orang selalu nanya ke aku, aku umur segini investasi apa yang cocok dan bagus. Aku enggak bisa jawab. Karena aku pasti bertanya balik maunya ngapain ke depan, tujuan investasi buat apa hingga rencana kehidupannya. Dari semua yang dia bilang itu, baru kita bisa kasih tahu investasi yang cocok apa,” tutur Prita Hapsari Ghozie perencana keuangan independen saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Selain pentingnya perencanaan keuangan, Prita mengingatkan harus mempertimbangkan jumlah utang konsumtif, seperti kartu kredit dan pinjaman online.

Prita Hapsari Ghozie, perencana keuangan independen, di acara peluncuran buku "MoneySmart Parent" yang ditulisnya bersama presenter Nadia Mulya di Jakarta Selatan, Rabu 16 Oktober 2019. (Tempo/Silvy Riana Putri)

“Orang tuh suka lupa, kalau mereka punya utang konsumtif. Karena enggak ada ceritanya orang bisa mendapatkan untung dari investasi, selama masih punya utang konsumtif. Karena bunga dari utang konsumtif lebih tinggi dibandingkan hasil potensi investasi,” jelas Prita.

Ia melanjutkan, “Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tidak termasuk utang konsumtif, ya. Yang contoh utang konsumtif itu seperti kartu kredit, pinjaman online atau fasilitas tunda bayar.”

Prita juga menyebutkan salah satu contoh kasus pemicu utang konsumtif bagi pasangan yang bakal menikah. “Bahayanya pengantin baru, selesai pernikahan kebawa utang. Saking pengen pake baju apa dan pengen resepsi seperti apa, jadi pilih utang dulu. Mereka pikir nanti kebayar sama angpao pernikahan. Tapi ternyata enggak balik modal. Alhasil, kerja keras bayar utang menumpuk,” tandas Prita.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."