Dodol dan Roti Buaya di Pernikahan Betawi Punya Makna Spesial

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Dodol Betawi

Dodol Betawi

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kegiatan di akhir pekan kerap diwarnai menghadiri undangan pernikahan, selain bercengkerama dengan keluarga. Di dalam setiap acara pernikahan makanan selalu menjadi bagian dari hantaran pengantin. Hanya saja, hantaran pada setiap pernikahan tidak selalu sama. Biasanya benda yang selalu menjadi bagian hantaran ini adalah pakaian wanita, kosmetik, aksesori, dan makanan. Khusus dalam pernikahan adat Betawi, ada dua makanan yang tidak boleh terlewatkan, yaitu roti buaya dan odol atau kue basah dari ketan lainnya. 

Dodol Betawi biasanya terbuat dari ketan, gula merah, gula pasir, dan santan yang dimasak di atas tungku kayu bakar. Makanan ini bertekstur kenyal dan lengket. Selain dodol, kue-kue basah dari ketan lainnya juga wajib tersedia.

Pakar budaya Betawi Yahya Andi Saputra mengatakan, penganan dari ketan merupakan simbol penting dalam pernikahan Betawi karena teksturnya yang lengket. “Kalau dari keluarga laki-laki atau ada hadiah dari perempuan, umumnya kue-kue basah yang kenyal harus ada. Itu maknanya orang tua berharap hubungan pengantin tidak mudah renggang sehingga tidak terjadi perceraian di tengah perkawinan,” ucap Yahya di acara Hajatan Betawi yang di Restoran YuMakan, Palmerah, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.

Roti buayaDodol Betawi

Hajatan Betawi merupakan salah satu acara kumpul para pencinta dan profesional kuliner tradisional yang menghadirkan pernikahan adat Betawi, termasuk palang pintu. Di acara ini juga terdapat diskusi budaya dan kuliner khas Betawi. Pengunjung bisa menikmati makanan dan minuman khas Betawi, mulai dari bir pletok, pucung gabus, nasi uduk, sate lembut, sayur besan, bubur ase, hingga es selendang mayang.   

Selain dodol, hantaran wajib lainnya adalah sepasang roti buaya. Yahya mengatakan, buaya bagi masyarakat Betawi, buaya merupakan simbol makhluk penjaga sumber mata air yang melambangkan kehidupan. Jadi, roti buaya merupakan harapan para orang tua untuk kelangsungan hidup pasangan pengantin.

“Bagi orang Betawi, menikah bukan sekadar menyalurkan hasrat tapi juga menciptakan generasi penerus. Sepasang buaya ini selain simbol kasih sayang, juga merupakan simbol mempertahankan sumber kehidupan manusia,” ujar dia.

MILA NOVITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."