Pendidikan Seks Sejak Dini untuk Anak, Cegah Kekerasan Seksual

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi anak berbisik/bercerita/berbohong. Shutterstock.com

Ilustrasi anak berbisik/bercerita/berbohong. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaPendidikan seks harus diajarkan sedini mungkin untuk melindungi anak dari pelaku kejahatan seksual. Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Livia Istania Iskandar, mengatakan pendidikan seks yang benar bisa diperkenalkan sejak anak masih belia.

Baca juga: Tiru Cara Novita Angie Beri Pendidikan Seks kepada Anak

Orangtua harus mengajarkan pada anak mana bagian tubuh yang boleh disentuh orang lain, mana yang tidak boleh disentuh siapa pun. "Sudah bisa diajari sejak balita, ada lagu Jangan Sentuh di mana anak diajari mana bagian yang boleh dan tidak bisa dipegang orang lain," kata Livia di Jakarta, Sabtu 25 Mei 2019. 

Livia menegaskan pendidikan seks bertujuan agar anak mengetahui tentang tubuhnya serta dapat waspada dan menghindar atau minta tolong ketika ada orang yang berniat melakukan hal yang tidak seharusnya. Beritahu juga pada anak bahwa ada hal-hal yang tidak boleh dirahasiakan dan harus dilaporkan pada orangtua jika mereka merasa tak nyaman atas sesuatu.

Selain itu, untuk mencegah munculnya kasus-kasus kekerasan seksual, ia menekankan pentingnya pengesahan Rancangan Undang Undang Penghapusan Kekerasan Seksual sebagai payung hukum karena apa yang ada saat ini belum cukup melindungi perempuan dan anak-anak.

Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Azriana Manalu, menambahkan regulasi adalah salah satu kunci penting untuk menghapus kekerasan seksual, baik terhadap perempuan, lelaki maupun anak-anak.
Di sisi lain, perlu adanya perubahan sudut pandang masyarakat terhadap perempuan yang biasanya dianggal sebagai objek seksual dan posisinya lebih rendah.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."