Dampak Kerusuhan pada Remaja, Kesehatan Mental Terganggu

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Warga melintas di wilayah terdampak kerusuhan Aksi 22 Mei di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Kamis 23 Mei 2019. Kondisi Jakarta berangsur kembali normal pascakericuh Aksi 22 Mei. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Warga melintas di wilayah terdampak kerusuhan Aksi 22 Mei di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Kamis 23 Mei 2019. Kondisi Jakarta berangsur kembali normal pascakericuh Aksi 22 Mei. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kerusuhan 22 Mei 2019 di Tanah Abang dan Petamburan, Jakarta, memiliki dampak negatif pada remaja. Sekitar tiga remaja di usia 16-19 tahun menjadi korban penembakan.

Kerusuhan sering dihubungkan dengan remaja sebagai kelompok yang melakukan kerusuhan dan juga korban. Orang tua tentu tidak ingin anaknya mendapatkan dampak negatif dari kerusuhan.

Remaja sudah mengerti alasan terjadinya sebuah kerusuhan. Bahkan, remaja juga sering menjadi kelompok yang melakukan kerusuhan untuk menunjukkan rasa marah dan kesal pada suatu hal. Karena itu, dampak kerusuhan pada remaja cukup mengkhawatirkan.

Baca juga:
Kerusuhan 22 Mei, Simak Cara Melindungi Keamanan Anak
Kerusuhan 22 Mei, Sherina: Sejarah Mencatat

Dilansir dari LA Times, kerusuhan memiliki banyak dampak negatif pada kesehatan mental remaja. Seringkali, remaja juga diajak untuk ikut membuat kerusuhan oleh orang yang lebih tua. Hal tersebut memiliki dampak pada kesehatan mental karena anak harus menghadapi situasi di mana mereka belum siap secara mental.

Pada saat ada kerusuhan, remaja yang paling cepat mengungkapkan rasa marah, semangat, dan juga sakit. Perasaan-perasaan ini bisa memiliki dampak jangka panjang, dan anak remaja yang bersangkutan dengan kerusuhan sebaiknya mendapatkan terapi dan melakukan diskusi damai bersama remaja lain.

Remaja juga memiliki rasa takut dan tidak percaya dengan orang-orang yang seharusnya melindungi mereka. Contohnya pada polisi. Eugene Ray, seorang psikolog di Compton Unified School District, mengungkapkan kalau remaja akan memendam beberapa perasaan negatif pada polisi dan juga pemerintah setelah terjadi kerusuhan. Hal tersebut bisa mereka bawa sampai usia dewasa, yang bisa menyebabkan mereka melakukan aktivitas negatif nantinya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."