Yang Mesti Dilakukan bila Anak Sering Terbangun di Malam Hari

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi empeng / anak tidur. Shutterstock

Ilustrasi empeng / anak tidur. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Anak balita sering terbangun di malam hari lalu sulit tidur lagi. Mereka menangis atau mengajak orang tua bermain sepanjang malam.

Jika terjadi secara terus-menerus, hal ini tentu mengganggu ritme kehidupan sehari-hari. Apalagi jika Anda harus bekerja dari pagi hingga sore hari. Apa yang harus dilakukan agar si kecil bisa kembali tidur nyenyak setelah terbangun tengah malam?

Baca juga:

Dampak Negatif Anak Punya Terlalu Banyak Mainan

Jennifer Gingrasfield, spesialis tidur dari Pusat Tidur Rumah Sakit Anak Boston di Amerika Serikat mencatat bahwa kunci untuk mengetahui cara mengembalikan anak ke tidurnya adalah mengetahui apa penyebab terbangunny di malam hari. Ketika orang tua bicara tentang menidurkan anak kembali, penting bahwa upaya tersebut dilakukan untuk jangka panjang. Karenanya, melakukan pendekatan dalam satu malam tidak akan berhasil.

"Terkadang di usia balita, ada banyak pemicu anak bangun dari tidurnya. Beberapa pemicu bisa berkaitan dengan perubahan perkembangan yang menyebabkan mereka ingin menguji lingkungannya. Penyebab lainnya mungkin murni karena masalah fisik, seperti insiden di malam hari yang menyebabkan rasa tidak nyaman saat tidur," urai Gingrasfield.

Ketika anak terbangun disebabkan oleh rasa tidak nyaman atau pengaruh proses pertumbuhan, hal itu tidak akan terjadi setiap malam, namun kemungkinan hanya setiap minggu atau bulan.

"Ini bukan pengulangan atau rutinitas tidur, namun memberikan pelukan, ciuman, dan mengatakan selamat malam, bisa membantu mereka tidur dengan tenang," ungkap Gingrasfield.

Artikel lain:

Kenali 8 Penyebab Anak Stres dan Gejalanya

Itu adalah metode dalam bentuk paling sederhana. Namun, hal sederhana itu tidak mempan jika penyebab anak sulit tidur setelah terbangun di malam hari karena masalah-masalah yang lebih mendasar, misalnya terkait kebiasaan tidur dengan orang tua yang dinilai kontraproduktif dalam membuat anak tidur nyenyak sepanjang malam. 

"Apakah anak terbiasa tidur bersama orang tua sambil diusap-usap punggungnya? Anak-anak seperti itu kemungkinan akan selalu terbangun di malam hari untuk mencari kenyamanan itu," lanjut Gingrasfield. 

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."