Pakai Ponsel Berlebihan, Waspada Pengaruh Buruknya pada Kulit

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi perempuan menggunakan ponsel. shutterstock.com

Ilustrasi perempuan menggunakan ponsel. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Di zaman serba digital tentu Anda tidak bisa lepas dari gawai. Namun Anda harus mengetahui bahwa penggunaan telepon seluler atau ponsel berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kulit, termasuk penuaan dini.

Baca juga: Madonna Menyesal Berikan Anak Gawai di Usia Belia, Ini Alasannya

Melansir laman Indian Express, pendiri label perawatan kulit Epique Labs, Divya Mehta, mengatakan ada lima masalah kulit akibat "kecanduan" menggunakan ponsel, seperti dermatitis, keriput dini, pigmentasi dan jerawat, lingkaran hitam dan kulit kusam. Berikut ini penjelasan lebih lanjut kelima masalah kulit tersebut dan solusinya. 

#1. Dermatitis
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit. Studi terbaru menunjukkan memegang
smartphone terlalu dekat dengan kulit menyebabkan pembengkakan, kemerahan, gatal, atau melepuh di dekat tulang pipi, telinga, rahang, atau tangan. Logam seperti nikel dan kromium yang terdapat pada smartphone bertanggung jawab untuk ini.
Solusinya Anda dapat menggunakan perangkat handsfree seperti headset, bluetooth atau letakkan ponsel Anda pada mode speaker kapan pun Anda bisa, untuk menghindari kontak langsung dengan kulit.

#2. Pigmentasi kulit dan jerawat
Smartphone cenderung menjadi hangat setelah digunakan dalam waktu lama. Ketika perangkat ini menjadi hangat akan mengganggu produksi melanin normal kulit Anda,
sehingga menyebabkan bintik-bintik gelap dan warna kulit yang tidak merata dalam jangka panjang. Selain itu, kuman di gawai Anda bisa berpindah ke wajah dan
menyebabkan kulit berjerawat.

Untuk mencegah hal ini, coba dan batasi lama panggilan. Jika itu tidak memungkinkan, ingatlah untuk selalu bergantian menerima telepon antara telinga kanan dan kiri. Cara ini akan membantu mengurangi terjadinya bintik hitam. Selain itu, bersihkan ponsel Anda setiap hari menggunakan pembersih anti-bakteri dan ingatlah untuk menjaga kebersihannya sebelum bertukar ponsel dengan orang lain juga. 

#3. Ritual malam dan lingkaran hitam mata
Salah satu ritual malam, menjelang tidur, yang kerap orang lakukan adalah memeriksa unggahan Facebook terbaru, komentar di Twitter atau Instagram via ponsel. Ingatlah, saat mata Anda melihat layar yang terang di ruangan gelap terlalu lama, otak lebih sulit untuk bersantai dan masuk ke mode tidur. Akibatnya, timbul lingkaran hitam di sekitar mata. Sebaiknya jauhkan smartphone dan tak menyentuhnya setelah makan malam. Daripada memeriksa media sosial, luangkan waktu satu jam untuk bersantai.

#4. Kulit kusam
Paparan cahaya biru dari ponsel sebelum tidur buruk bagi kesehatan. LED biru yang
dipancarkan smartphone tidak hanya melepaskan radiasi non-ion tetapi juga mengganggu siklus tidur alami tubuh Anda. Selain masalah kesehatan lainnya, kurang tidur bisa menyebabkan keseimbangan jumlah air yang buruk dalam tubuh, sehingga mengakibatkan kulit kusam serta kerutan yang lebih terlihat. Solusinya tidur yang cukup dan berkualitas baik penting untuk kesehatan secara keseluruhan, termasuk kesehatan kulit Anda.

#5. Keriput
Saat ini usia bukanlah satu-satunya faktor yang bertanggung jawab pada munculnya keriput. Bahkan, orang berusia 20-an sudah mulai mengeluhkah kondisi ini di sekitar mata. Menurut Mehta, terus-menerus menatap layar kecil dan memicingkan mata untuk membaca huruf kecil dapat menyebabkan kerutan di sekitar area leher atau daerah di bawah dagu, juga kerutan vertikal di antara kedua alis.

Para ahli menyarankan Anda memegang smartphone setinggi mata dan menambah
ukuran huruf untuk menghindari masalah kulit ini. Selain itu, gunakan krim mata dengan aplikator pendingin untuk membantu mata rileks, juga krim pengencang kulit guna meningkatkan elastisitas dan produksi kolagen.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."